Tuesday, November 29, 2016

Tentera Myanmar Isolasi Warga Rohingya di Rakhine

29/11/16

Ilustrasi. Muslim Rohingya. (Foto: Time)
Ilustrasi. Muslim Rohingya. (Foto: Time)

RAKHINE – Perhatian dunia belakangan tertuju kembali pada umat Islam Rohingya yang berpuluh-puluh tahun menetap di tanah Rakhine, negara bagian di Myanmar. Mereka adalah para pendatang dari Bangladesh yang telah lama mendiami kawasan tersebut dan beranak pinak di sana, tetapi hingga saat ini kaum peranakan itu tak  mendapatkan pengakuan sebagai warga negara.

Bahkan dari segi kemanusiaan, hak asasi manusia seolah sudah ghaib dari sekira 1.1 juta penduduk Rohingya. Foto-foto dari citra satelit menangkap penderitaan rakyat Rohingya di Rakhine. Sedikitnya lima desa Muslim Rohingya dibakar dan lebih dari 1,250 bangunan hancur.

Kekerasan itu terjadi sebagai tindak  balas  atas serangan bersenjata oleh orang tak dikenali ke pos polis  Myanmar pada 9 Oktober 2016. Serangan itu menyebabkan tiga petugas polis  di perbatasan mati.

Tidak jelas siapa yang melakukannya, pemerintah langsung melimpahkan kesalahan kepada kelompok Rohingya. Tentera menyerang balik, ada 70 warga Rohingya dibunuh dan 400 lainnya ditangkap hidup-hidup. Para aktivis HAM setempat menduga jumlah sebenarnya lebih banyak dari itu.

Perburuan terhadap kelompok garis keras dan mereka yang disebut militan pengacau dari Rakhine terus dilakukan oleh tentera Myanmar. Pemerintahan Aung San Suu Kyi membantah terlibat dalam serangan tersebut. PBB dan masyarakat internasional pun sudah mengecam tragedi ini dan meyakininya sebagai genosida atau pembantaian etnik di Myanmar.

Seorang jurnalis Asian Corrrespondent, Katie Stallard mencuba mencari kebenaran tentang praktik genosida ini. Ia ingin melihat dengan mata kepala sendiri dan mendengarkan kesaksian dari para korban, tetapi akses ke lokasi ternyata telah ditutup oleh pemerintah.

Tentera mengisolasi warga Muslim Rohingya dan memberlakukan   darurat.  140 ribu kaum Rohingya hidup dalam keputusasaan mendalam sejak 2012 akibat tekanan dari penganut agama mayoriti di sana.

No comments:

Post a Comment