Tuesday, March 14, 2017

Tangan dan Kaki Pemuda Ini Dipotong Oleh Taliban

14/3/17
 
Gambar hiasan
KABUL  –  Para pegawai Afganistan mengatakan, kelompok pemberontak Taliban telah melakukan hukuman yang amat brutal di bawah undang-undang syariah menurut interpretasi versi mereka.

Para algojonya memotong kedua tangan dan kaki seorang pencuri dengan disaksikan oleh warga setempat di Afganistan, seperti dilaporkan Associated Presse, Selasa (14/3/2017).

Seorang pemuda ditangkap kerana dipercayai telah melakukan pencurian dengan kekerasan di daerah terpencil di Provinsi Herat, Afganistan barat, wilayah yang memang sedang berada di bawah kawalan pemberontak Taliban.

Jurucakap pemerintah Provinsi Herat, Gulam Jilani Farhad, mengatakan, insiden tersebut terjadi pada pada Isnin (13/3/2017) di Daerah Obe.
Farhad mengatakan, pemuda tersebut dipotong pada bahagian tangan dan kaki oleh Taiban. Lelaki tersebut bernama  Ghulam Farooq.

Menurut Farhad, Farooq ketika ini sedang dalam  rawatan intensif di sebuah rumah sakit di Herat. Kondisinya relatif stabil meski telah kehilangan pergelangan kedua tangan dan telapak kakinya.
Ketua Polis Daerah Obe, Shir Agha Alkozai, mengatakan, ia telah menduga kuat Taliban sebagai pelakunya tetapi tidak ada penjelasan detail yang dapat diberikan Alkozai.

Jurucakap Taliban tidak boleh dengan segera memberikan komentar terkait kes tersebut. Namun, hukuman yang brutal seperti itu sudah lazim dilakukan Taliban, khususnya daerah yang berada di bawah kekuasaan mereka.

Kes serupa pernah dilakukan Taliban pada dua lelaki yang bekerja untuk perusahaan yang menyediakan logistik bagi konvoi Pasukan Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di wilayah Herat, Afganistan barat, pada April 2013.
Menurut Taliban, mereka memotong masing-masing tangan kanan dan kaki kiri kedua orang itu sebagai hukuman kerana keduanya merupakan perompak di jalan raya.

Seorang korban, diwawancarai Tolo TV di katil rumah sakit di Herat mengatakan, dia dan rakannya diculik beberapa hari sebelumnya oleh militan Taliban.
"Mereka meminta kami untuk menanam bahan peledak di perusahaan (tempat kami bekerja) dan mengatakan mereka akan membayar kami untuk itu. Namun, kami mengatakan tidak (mau)," kata lelaki  itu.

Cerita lelaki itu menjadi contoh bahwa tidak selamanya hukuman diterapkan kerana para terduga benar-benar melakukan pencurian atau rompakan , atau kejahatan, selain kerana melawan keinginan dari para pemberontak Taliban.
Taliban sempat memerintah Afganistan pada tahun 1996 sampai 2001. Kelompok itu menerapkan hukum rotan, amputasi, dan eksekusi.

Mereka digulingkan oleh invasi pimpinan AS pada tahun 2001 dan sejak itu melancarkan pemberontakan terhadap pasukan Pemerintah Afganistan dan pasukan asing.

Penduduk awam yang bekerja untuk militer sering menjadi sasaran. Atau warga awam yang menolak bekerja sama dengan Taliban dituding sebagai antek militer asing.
Sumber:KOMPAS.com

No comments:

Post a Comment