Tuesday, October 24, 2017

Demi bertahan hidup, wanita Rohingya terpaksa jual diri di Kem Pelarian

  Selasa 24 Oktober  

https: img-o.okeinfo.net content 2017 10 24 18 1801275 miris-demi-bertahan-hidup-perempuan-rohingya-terpaksa-jual-diri-di-kamp-pengungsian-hzp0gwg65w.jpg 
 Pelarian Rohingya. (Foto: Reuters)
COX’S BAZAAR – Berbagai cara yang dilakukan oleh wanita-wanita Rohingya untuk mendapatkan keperluan asas   seperti makanan dan air di kem-kem pelarian yang padat di Bangladesh. Ada yang rela beratur panjang atau kepada teman sesama pengungsi. Namun apabila keputusasaan sudah menerpa, ada saja orang-orang yang mengambil kesempatan tersebut.

Empat wanita rohingya melepas syal hitam mereka dan duduk bersila di lantai. Ketika ditanya apakah mereka adalah pekerja seks, para wanita tersebut bergerak dengan tidak selesa dan diam saja.

Kemudian setelah minum teh, pertanyaan itu muncul lagi. Para wanita saling menatap satu sama lain. Pelan-pelan salah seorang dari mereka berjalan menyeberangi ruangan untuk menutup pintu, yang lain menghalangi jendela. Kegelapan segera menyelimuti gubuk kecil yang lembab dan suaranya berubah menjadi bisik-bisik.

"Jika ada yang tahu apa yang kami lakukan, mereka akan membunuh kami," ungkap Romida, pelarian Rohingya berusia 26 tahun, dilansir dari Japan Times, Selasa (24/10/2017).


Di Kutupalong, tempat kem terbesar Rohingya, industri seks berkembang pesat. Ramai pekerja seks adalah penduduk jangka panjang di kem-kem di Bangladesh, namun arus masuk puluhan ribu lebih perempuan baik yang muda maupun tua, diperkirakan akan memicu perindustrian seks makin melesat.

"Paling sedikitnya ada 500 pelacur yang merupakan etnik Rohingya tinggal di Kutupalong. Perekrut sekarang juga mengincar para pendatang baru," kata Noor yang merupakan perantara pekerja seks di kem-kem Rohingya.


 PBB  menyatakan bahwa mereka tidak memiliki angka pasti jumlah pekerja seks di kem untuk dipublikasikan.
"Sukar untuk menemukan angka pasti dan kami tidak mengumpulkan data tentang jumlah pekerja seks di kem," kata Saba Zariv, seorang pakar kekerasan berbasis gender UNFPA.

Selain itu, satu laporan baru-baru ini dari UNICEF mengatakan bahwa di kem-kem  Rohingya, terdapat anak-anak dan remaja sangat kacau dan tidak terurus. Mereka dapat menjadi korban perdagangan manusia dan orang-orang yang ingin mengeksploitasi dan memanfaatkannya.

No comments:

Post a Comment