Sunday Mirror/Steve Bainbridge
Simon Louis menjadi penderma ginjal Mary Emmanuelle
Lelaki ini rela berikan ginjalnya para wanita yang ia cintai, tapi balasannya mengerikan.
Saat jatuh cinta, seseorang biasanya rela melakukan apa saja demi pujaan hati.
Tak jarang mereka harus memberikan pengorbanan untuk orang yang dicintai.
Mulai dari melakukan hal-hal kecil hingga berkorban secara ekstrem.
Hal tersebut juga dilakukan oleh seorang lelaki bernama Simon Louis.
Lelaki berusia 49 tahun ini mencintai seorang wanita bernama Mary Emmanuelle (41), melansir Mirror.
Simon dan Mary pertama kali bertemu di sebuah kelab di London pada pertengahan tahun 1990.
Awalnya, Mary yang saat itu menganggap Simon adalah lelaki yang tampan tapi tak baik.
Keduanya sempat saling menggoda, tapi hubungannya tak pernah lebih dari itu.
Bertahun-tahun berlalu, Mary sibuk mengurus anaknya, Dwayne, dan bekerja sebagai sekretaris.
Sedangkan, Simon membantu saudaranya menyelenggarakan acara muzik.
Simon sempat menjalin hubungan asmara, tapi persaannya tak boleh berpaling dari Mary.
Saat Hari Valentine, Simon sempat membelikannya cokelat dan bunga mawar.
Tapi, sebuah kejadian tak terduga terjadi.
Pada Semptember 2014, Mary tiba-tiba jatuh di rumah usai kulitnya berubah menguning.
Dwayne yang saat itu berusia 21 tahun menemukan ibunya tergeletak di
lantai, muntah dan segera dilarikan ke Guy's Hospital di London Selatan.
Mary koma selama 2 minggu usai mengalami pendarahan otak.
Ia juga menghabiskan 2 bulan perawatan intensif dan akhirnya didiagnosa menderita penyakit ginjal tahap akhir.
Agar boleh bertahan, Mary memerlukan transplantasi.
Namun, harapannya berkurang karana Mary memiliki golongan darah yang sangat jarang yaitu B negatif.
"Aku tidak boleh mempercayainya- aku telah diberi vonis mati.
Namaku ditulis di daftar 'derma mati'. Aku hanya boleh menunggu," jelasnya pada Mirror.
Pada Januari 2015, Mary akhirnya dipulangkan dari rumah sakit.
Tapi, setiap hari dia harus ke rumah sakit untuk menjalani cuci darah.
Simon pun mengunjunginya setiap hari, bahkan terkadang menginap.
Ia mendampingi agar lebih mudah menghantarkan dan memulangkannya dari rumah sakit.
Tak hanya itu saja, Simon juga membantu Mary mengganti pakaian, mandi dan makan.
Sebagai rasa terima kasih, Mary mengajak Simon liburan ke Sepanyol sambil menunggu adanya penderma.
Sayangnya, saat mereka pulang ke Inggeris, derma ginjalnya sudah diberikan para orang lain.
Kondisinya semakin buruk, Mary pun pindah ke rumah Simon agar lebih mudah dirawat.
"Dia adalah perawat yang baik. Saat malam dia berbaring, menceritakan cerita lucu, dan membelaiku hingga tidur.
Cinta dan perhatiannya membantuku melewati masa kelam."
Beberapa minggu setelahnya, Simon melakukan ujian untuk tahu apakah dia boleh jadi penderma yang sesuai.
Tak disangka, Simon ternyata sesuai jadi penderma.
Setelah pemeriksaan selama berbulan-bulan, keduanya menjalani operasi untuk Mary.
Operasinya berjalan lancar dan keduanya diperbolehkan pulang.
Simon merasa senang kerana merasa telah menyelamatkan hidup pujaan hatinya.
Pada suatu hari, saat sedang menyiapkan makan malam, Simon memberanikan diri untuk melamar Mary.
Simon berharap Mary mau menghabiskan hidup bersamanya.
"Aku merasa sangat tersanjung dia masih mau menikahiku setelah melihat kondisi terburukku."
Tapi, sayangnya, harapan Simon bertepuk sebelah tangan.
Mary memberikan penolakan secara halus pada lelaki tersebut.
"Aku menolaknya dengan halus dengan mengatakan aku akan memikirkannya."
Bukan kerana tak suka, Mary takut pernikahan justru merosak persahabatan mereka.
Kondisi kesihatan Mary juga disebut jadi hambatan.
Ia tak mau menikah jika belum benar-benar sehat.
Meski lamarannya ditolak, Simon tetap ingin berteman.
"Aku menawarkan hatiku padanya, tapi aku harus puas dengan memberikan ginjalku.
Apapun yang terjadi, aku tidak akan menyesali telah memberinya hidup."
Simon mengaku tak berfikir 2 kali atas keputusannya tersebut.
"Tak perlu ditanyakan untuk melakukan hal seperti itu untuk seseorang yang kamu cintai," jelas Simon.
TRIBUNSTYLE.COM
No comments:
Post a Comment