24 Ogos 2018
Foto: AFP.
LIMA - Sejumlah warga Venezuela
berbondong-bondong menuju Peru sebelum Sabtu, 25 Ogos, ketika berlakunya peraturan baru yang mengharuskan mereka memiliki pasport untuk
melintasi perbatasan.
Selama bertahun-tahun warga Venezuela yang hendak ke Peru hanya cukup menunjukkan kad identiti mereka.
Warga Venezuela yang lari dari negara mereka mengaku berusaha menghindari krisis ekonomi.
Pada Khamis, Komisioner Tinggi PBB untuk urusan Pengungsi, Filippo
Grandi, mendesak Peru dan Ekuador untuk "tetap membolehkan mereka yang
memerlukan perlindungan internasional untuk mendapat akses keselamatan dan
mencari suaka".
Berdasarkan perhitungan PBB, sebanyak 26,000 warga Venezuela tiba
di Peru pada 2017. Namun, ketua imigresen Peru, Eduardo Sevilla,
mengatakan jumlah warga Venezuela yang masuk negaranya jauh lebih besar
sejak tahun lalu.
Menurutnya, warga Venezuela yang berada di Peru ketika ini mencapai 400,000 orang.
Perdana Menteri Peru, César Villanueva, menegaskan bahwa
pemberlakuan pasport di perbatasan bukan berarti Peru "menutup pintu"
bagi migran asal Venezuela.
Hanya saja, kata Villanueva, menunjukkan KTP Venezuela tidak memberikan cukup informasi dan dapat dengan mudah dipalsukan.
Untuk mempermudah akses bagi warga emas , wanita hamil, dan
anak-anak asal Venezuela, Menteri Luar Negeri Peru, Néstor Popolizio,
menyatakan pihaknya akan mengeluarkan "visa kemanusiaan".
Warga Venezuela yang memerlukan visa tersebut dapat mengajukan
permohonan melalui perwakilan Peru di Venezuela, Kolombia, Ekuador, dan
pintu perbatasan di Tumbes.
Kemiskinan parah
Warga Venezuela yang lari dari negaranya beralasan bahwa mereka
sudah menderita akibat kekurangan pangan, ubat-ubatan, dan keperluan dasar.
"Saya datang ke sini kerana kemiskinan parah yang kami alami di
Venezuela, kerana krisis ekonomi, dan mencari kehidupan yang lebih baik
untuk membantu keluarga saya," tutur Mauricio Aparicio, warga Venezuela
yang hijrah ke Peru, sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.
"Ayah saya sakit kanser usus. Seperti yang anda tahu, kami tidak
boleh mendapatkan ubat-ubatan. Dan kalaupun kami mendapatkannya,
harganya sangat mahal," tambah Aparicio.
Untuk menuju Peru, sebahagian warga Venezuela berjalan kaki kerana tidak mampu membeli tiket bas.
Pemerintah Ekuador kemudian membantu dengan mengerahkan sejumlah bas.
Salah satu warga Venezuela yang menumpang bas tersebut adalah Maly Avilés.
"Kami menuju Peru. Tidak ada kata kembali. Pulang ke Venezuela sama saja bunuh diri," cetusnya.
Setelah muncul berita bahwa pemerintah Peru akan memberlakukan
peraturan baru wajib pasport, beratur untuk mendapatkan pasport Venezuela
dilaporkan mengular.
Beberapa orang yang sedang beratur mendakwa berusaha
mendapatkan pasport selama dua tahun. Lainnya mengaku diminta membayar wang suap yang setara dengan Rp14.6 juta agar dapat mengelak menunggu giliran dan
langsung mendapat pasport.
Ketika sejumlah orang menyatakan perlu pasport kerana alasan
mendesak, semisal mengunjungi keluarga yang sakit di luar negeri,
permintaan wang suap bioleh melonjak menjadi Rp73 juta.
Pada Jun , empat pegawai pemerintah Venezuela yang mengurus
pasport di Kota Saime ditahan atas tuduhan pemerasan dan pengarah baru
dilantik sebulan kemudian.
Okezone
No comments:
Post a Comment