02 September 2018
Bangkok pada 2011 diterjang banjir besar hingga menewaskan 562 jiwa. Foto/Getty Images
BANGKOK - Di tengah persiapan Bangkok untuk menjadi
tuan rumah konferensi perubahan iklim, kota yang berpenduduk lebih dari
10 juta jiwa ini sedang menghadapi tekanan lingkungan sendiri.
Para pakar kepada AFP memperkirakan kota itu mungkin akan
tenggelam dalam waktu 10 tahun ke depan, mengutip VOA Indonesia, 2/9/2018 .
Pertemuan persiapan tentang iklim itu akan dimulai Selasa (4/9/2018).
Pertemuan puncak perubahan iklim akan diadakan di Poland pada akhir
tahun. Pertemuan di Poland bertujuan menetapkan peraturan baru guna
mengurangi emisi gas rumah kaca dan bagaimana memberi bantuan kepada
negara-negara yang rentan kerana naiknya permukaan laut.
Dengan terus meningkatnya suhu, serta pola cuaca yang tidak
normal, seperti angin taufan yang lebih sering, curah hujan yang tidak
boleh diperkirakan, serta musim kering dan musim hujan yang mengakibatkan
banjir semakin besar, pertemuan puncak untuk melaksanakan perjanjian
iklim yang dicapai di Paris tiga tahun lalu semakin pelaksanaannya.
Pertemuan puncak untuk melaksanakan perjanjian iklim yang capai di
Paris tiga tahun lalu makin mendesak, seiring dengan peningkatan suhu
dan pola cuaca yang tidak normal, seperti angin taufan yang lebih sering,
curah hujah yang tidak dapat diperkirakan, musim kering, dan musim hujan
yang mengakibatkan banjir makin besar.
Bangkok, yang tadinya dibangun di atas tanah yang hanya satu
setengah meter di atas permukaan laut, diperkirakan akan menjadi salah
satu kawasan perkotaan yang paling menderita, selain Jakarta dan Manila.
“Hampir 40 peratus Kota Bangkok akan terendam air menjelang 2030
kerana curah hujan yang ekstrem dan perubahan pola cuaca, kata laporan
Bank Dunia.
Kota Bangkok kini sedang tenggelam dengan kecepatan satu sampai
dua sentimeter per tahun, dan ada bahaya kota itu akan dilanda banjir
hebat dalam waktu terdekat, kata Tara Buakamsri dari Greenpeace.
Permukaan laut di Teluk Thailand naik empat milimeter per tahun
diatas kenaikan rata-rata global, dan kata Buakamsri, kota itu sebahagian
besar sudah berada dibawah permukaan laut.
Pada 2011, musim hujan menimbulkan banjir terparah ketika
seperlima bahagian kota itu terendam air. Kawasan perniagaan di kota itu boleh
diselamatkan dengan pembangunan tanggul-tanggul dengan cepat. Tapi
banyak bahagian pesisir Thailand menderita kerugian besar dan jumlah
korban maut menjelang akhir musim hujan tahun itu mencapai 500 orang.
Banyaknya pembangunan bangunan-bangunan bertingkat tinggi ikut
menyumbang tenggelamnya kota itu, dan banyak pakar mengatakan Bangkok
telah menjadi korban pembangunannya sendiri.
Tambak-tambak udang dan pengembangan budidaya perikanan, yang
seringkali merosak hutan bakau yang melindungi garis pantai dari ombak
laut, telah mengakibatkan erosi di pantai yang dekat dengan Kota
Bangkok. Itu berarti Bangkok boleh tersepit oleh naiknya permukaan laut
di selatan dan banjir yang disebabkan hujan di bahagian utara negara itu,
kata Suppakorn Chinvanno, pakar iklim di Universiti Chulalongkorn.
No comments:
Post a Comment