Warga berdatangan ke rel letrik berdekatan Stesyen Rawabuaya, Jakarta Barat. Mereka datang dari berbagai daerah untuk mencuba khasiat letrik dari rel itu. Mereka menamakan kegiatan ini sebagai Terapi Rel Letrik.
JAKARTA, - pukul 17.00 WIB, 20 orang yang terdiri dari lelaki dan wanita, tua dan muda mulai berkumpul di pinggir rel kereta dekat Stesyen Keretapi Rawabuaya, Jakarta Barat.
Ada yang membawa bantal, payung, lainnya mulai menyingsingkan celana dan bajunya. Tak lama, mereka pun mulai merebahkan diri di atas rel keretapi, begitu cepat aliran letrik rel itu menjalar ke seluruh tubuh mereka.
Tangan dan kaki yang direntangkan sambil memegangi rel mulai bergetar, Bukannya takut, mereka kelihatan suka menikmatinya "Habis enak sih, sudah terbiasa saya datang ke sini," ujar Kusmiati (61), warga Duri Kosambi, Rabu (20/7/2011), ketika ditemui di lokasi.
Kusmiati bercerita dirinya mulai merebahkan diri di rel kereta api sejak tahun 2010. Ketika itu, Kumiati menderita berbagai macam penyakit mulai dari Diabetes, darah tinggi, susah tidur hingga migrain.
Berbagai macam cara telah ditempuhnya mulai dari
Berubat di rumah sakit sampai mengikuti terapi batu giok. "Hasilnya nihil. Uang terbuang percuma tapi tetap tidak ada perbaikan," akunya.
Ketika segala macam upaya tak membuahkan hasil, tetangga Kumiati memberitahukan adanya terapi rel listrik di Rawabuaya. "Saya pikir awalnya. Ah, kayak orang gila stress aja tiduran di rel," ucapnya.
Namun, setelah dicuba sekitar tiga bulan, pernyakit Kumiati pun mulai berkurang. Kumiati mengaku sudah boleh tidur lelap, tidak lagi pusing, dan darah tinggi serta diabetisnya semakin berkurang. "Syukur sekarang sudah enakan. Makanya kerana saya merasa enak, nyaris tiap hari saya selalu ke sini," ujar Kumiati.
Hal yang sama juga diutarakan Sri (50), warga Duri Kosambi. Tahun 2010, Sri mengalami sakit parah separuh bahagian tubuhnya nyaris lumpuh akibat stroke. "Saya nggak bisa jalan, bibir sampai mencong-mencong begitu," katanya.
Jarum suntik kerap menghujam dirinya untuk memperbaiki kondisinya itu. Namun, sama seperti Kumiati, Sri pun tak merasa kondisinya membaik. Seorang tetangga akhirnya menyarankan untuk terapi listrik di Stasiun Rawabuaya. "Saya dulu dibawa ke sini sampai harus didokong karena tidak bisa jalan," tutur Sri.
Namun, kini Sri sudah boleh berjalan lagi dan tiap hari selalu melapangkan masa merebahkan diri di rel kereta Rawabuaya. "Jadi ketagihan. Karena terasanya enak di badan," ungkap Sri.
Sumber : KOMPAS.com.
No comments:
Post a Comment