5 Mac 2013
AFP
Foto
ini diambil pada 3/3/2013 menunjukkann tumpukan salju akibat
terpaan angin dingin di Pulau Hokkaido Jepun. Terpaan angin dingin ini
sudah membunuh sembilan orang
TRIBUNNEWS.COM
- Apa yang terjadi di Jepun ini adalah bukti kasihnya seorang ayah kepada
puterinya. Ayah ini bahkan rela kehilangan nyawanya demi melindungi sang
puteri.
Mikio Okada, seorang nelayan di Pulau Hokkaido, Jepun, meninggal membeku kerana melindungi puterinya, Natsune (9), dari terpaan angin dingin dengan kecepatan 109 km per jam yang membuat suhu udara anjlok ke angka minus enam darjah celsius.
Jasad Okada ditemukan pasukan penyelamat yang mencari ayah dan anak itu setelah keluarganya meminta bantuan tim penolong. Ketika ditemui, Natsune mengenakan jaket ayahnya, dan dalam kondisi dipeluk ayahnya. Demikian surat khabar lokal menceritakan.
Okada dan puterinya ini terakhir terdengar khabarnya pada pukul 16.00 waktu setempat, setelah Okada menjemput puterinya dari sekolah. Okada sempat menelepon keluarganya, mengkhabarkan keretanya terperangkap dalam salji yang cukup tebal. Dia mengatakan, dirinya bersama Natsune akan berjalan menuju rumah. Keduanya ditemukan hanya 300 meter dari lokasi kereta Okada yang terjebak salji pada pukul 07.00, 3/3/2013 pagi.
Psukan penyelamat mendapati jasad Okada memeluk erat puterinya. Dia menggunakan tubuhnya dan tembok sebuah bangunan untuk melindungi puterinya itu. Okada bahkan membuang jaketnya dan memberikan jaket itu kepada puterinya. Natsune langsung dilarikan ke rumah sakit dan kini kondisinya mulai pulih.
Harian Yomiuri Shimbun mengkhabarkan, ibu Natsune meninggal dunia dua tahun lalu kerana sakit. Sejumlah tetangga Okada menyatakan, Okada adalah ayah yang sangat menyayangi puterinya. Tak jarang Okada memilih terlambat bekerja hanya untuk menikmati sarapan pagi bersama Natsune.
Kematian Okada bertepatan dengan perayaan "Hari Anak Perempuan", sebuah perayaan ketika keluarga berkumpul bersama dan mendekorasi rumah dengan boneka. "Okada sudah memesan kek untuk puterinya dan sudah menanti perayaan ini bersama," kata seorang tetangga.
Okada adalah korban maut terakhir dari bencana terpaan angin dingin di Hokkaido yang telah mengakibatkan sembilan orang meninggal dunia
Mikio Okada, seorang nelayan di Pulau Hokkaido, Jepun, meninggal membeku kerana melindungi puterinya, Natsune (9), dari terpaan angin dingin dengan kecepatan 109 km per jam yang membuat suhu udara anjlok ke angka minus enam darjah celsius.
Jasad Okada ditemukan pasukan penyelamat yang mencari ayah dan anak itu setelah keluarganya meminta bantuan tim penolong. Ketika ditemui, Natsune mengenakan jaket ayahnya, dan dalam kondisi dipeluk ayahnya. Demikian surat khabar lokal menceritakan.
Okada dan puterinya ini terakhir terdengar khabarnya pada pukul 16.00 waktu setempat, setelah Okada menjemput puterinya dari sekolah. Okada sempat menelepon keluarganya, mengkhabarkan keretanya terperangkap dalam salji yang cukup tebal. Dia mengatakan, dirinya bersama Natsune akan berjalan menuju rumah. Keduanya ditemukan hanya 300 meter dari lokasi kereta Okada yang terjebak salji pada pukul 07.00, 3/3/2013 pagi.
Psukan penyelamat mendapati jasad Okada memeluk erat puterinya. Dia menggunakan tubuhnya dan tembok sebuah bangunan untuk melindungi puterinya itu. Okada bahkan membuang jaketnya dan memberikan jaket itu kepada puterinya. Natsune langsung dilarikan ke rumah sakit dan kini kondisinya mulai pulih.
Harian Yomiuri Shimbun mengkhabarkan, ibu Natsune meninggal dunia dua tahun lalu kerana sakit. Sejumlah tetangga Okada menyatakan, Okada adalah ayah yang sangat menyayangi puterinya. Tak jarang Okada memilih terlambat bekerja hanya untuk menikmati sarapan pagi bersama Natsune.
Kematian Okada bertepatan dengan perayaan "Hari Anak Perempuan", sebuah perayaan ketika keluarga berkumpul bersama dan mendekorasi rumah dengan boneka. "Okada sudah memesan kek untuk puterinya dan sudah menanti perayaan ini bersama," kata seorang tetangga.
Okada adalah korban maut terakhir dari bencana terpaan angin dingin di Hokkaido yang telah mengakibatkan sembilan orang meninggal dunia
Editor: Dodi Esvandi | Sumber: Kompas.com
No comments:
Post a Comment