Tuesday, November 19, 2013

Kisah Kelam di Balik Pembangunan 'Stadium Vagina' di Qatar

  19/11/2013

 
gizmodo.com
Doha - Stadium baru yang sedang dibangunkan  di Qatar ini menjadi pembahasan ramai dan bahkan menjadi bualan bulan-bulanan kerana bentuknya dianggap mirip dengan vagina. Tapi tahukah anda bahawa tersimpan kisah kelam di balik pembangunan stadium megah tersebut?

Dalam laporan berjudul 'The Dark Side of Migration: Spotlight on Qatar's Construction Sector Ahead of the World Cup', Amnesty International menyoroti praktik perbudakan modern yang ada di Qatar. Laporan tersebut didasarkan pada wawancara dengan lebih dari 200 pekerja dan puluhan mandor setempat.

Menurut laporan organisasi Hak Asasi Manusia tersebut, seperti dilapor gizmodo.com, Selasa (19/11/2013), penduduk Qatar mengalami pertambahan seramai 20 orang setiap jamnya. Hal ini disebabkan   negara tersebut terus-menerus merekrut pekerja baru yang berasal dari luar negeri, seperti Bangladesh, Mesir, India, Nepal, Pakistan, Filipina dan Sri Lanka.

Bahkan faktanya, sebanyak 94 peratus projek pembangunan di Qatar dikerjakan oleh para pekerja migran. Tentunya, para pekerja tersebut dijanjikan gaji yang lumayan dan tempat yang selamat untuk tinggal. Padahal hal yang sangat berbeda mereka temui ketika tiba di Qatar dan mulai bekerja.

Surat-surat identiti mereka disita oleh pihak mandor sehingga mereka tidak boleh  keluar dari Qatar. Gaji yang mereka dapatkan jauh lebih rendah dari yang dijanjikan sebelumnya. Mereka juga tidak boleh pindah pekerjaan tanpa izin yang resmi dari pihak perusahaan yang mempekerjakan mereka. Seringkali mereka tidak mendapat upah selama 6-9 bulan berturut-turut.

Tidak hanya itu, mereka juga tidak boleh cuti atau izin tidak masuk kerja, kemudian dipaksa untuk bekerja selama 12 jam nonstop setiap harinya, di bawah suhu 40 darjah Celcius. Layanan kesihatan dan juga makanan seringkali tidak mereka dapatkan dengan sepatutnya. Kematian para pekerja bukanlah hal yang asing.

Salah satu mandor yang diwawancarai Amnesty International menyebut para pekerjanya sebagai 'ternak'. Sedangkan publik di Qatar yang mengetahui hal semacam ini menyebutnya sebagai 'perbudakan modern masa kini'.
 sumber:detikNews

No comments:

Post a Comment