Foto: copyright Merdeka.com
Tinggal berempat dengan anak-anaknya, nenek Ginem terpaksa hidup dalam
sepetak rumah berukuran 3x6meter. Rumah ini mungkin tidak sesuai disebut
rumah secara amnya, kerana hanya terdiri dari sebuah ruangan tanpa sekat
ruangan.
Rumah ini hanya berdinding buluh dan beralaskan tanah. Di sini lah mereka berempat tinggal, tidur, dan makan.
"Jadi
tidak ada kamar. Sedih sekali. Tempat tidur, dapur, campur jadi satu
sama tempat sampah. Kayu-kayu dapur juga di dalam jadi satu. Gedek
rumahnya triplek," kata Ketua Bidang Sosial Dinsos Kabupaten Nganjuk,
Lit Herliana, ketika dihubungi merdeka.com
Nenek Ginem mulanya memiliki 7 orang anak. Namun, dua orang anak sudah meninggal dunia, sedangkan dua orang lainnya merantau ke
Surabaya. Tiga anak bakinya, Sadinah (60), Suparman (40) dan Suparti
(35), tinggal bersama dia.
Keadaan ketiga anaknya ini sangat menyedihkan. Kedua
anaknya, Sadinah dan Suparman mengalami gangguan mental. Sedangkan si
bungsu Suparti sebenarnya masih dapat diajak berbicara, namun Suparti
pernah menjadi mangsa langgar lari dan kini menjadi lumpuh.
Foto: copyright Merdeka.com
Kehidupan keluarga nenek Ginem sangat menyedihkan. Memang sangat menyedihkan. Untuk dapat makan
setiap hari, keluarga ini merasa sangat sukar. Mereka harus meminta
belas kasihan dari jiran tetangga mereka. Dan, bila keadaan benar-benar sukar,
salah seorang anaknya akan mencari bangkai ayam di tepi sungai untuk
dimasak dan dimakan bersama-sama.
Menurut salah seorang jiran mereka, Tumini, warga di sekitar rumahnya berikan beras untuk membantu keluarga ini.
"Kalau hampir raya , dia (Ginem) juga mendapat pemberian zakat fitrah yang banyak. Kalau
sedang tidak ada apa-apa, ya meminta ke jiran tetangga," kata Tumini.
Vemale.com /merdeka.com
No comments:
Post a Comment