Rabu, 17 Jun 2015
-Seorang peziarah berdoa di makam Imam Asim di Hotan, Xinjiang, China barat, 16 April 2015. Pihak berwenang China telah membatasi
ekspresi agama di Xinjiang, yang telah memicu protes
BEIJING, KOMPAS.com - Pemerintah China dilaporkan
memaksa para pegawai negeri dan pejabat di provinsi Xinjiang untuk
berjanji tak akan menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang akan
dimulai pada Khamis (18/6/2015).
Xinjiang, adalah wilayah China yang sebahagian besar penduduknya adalah etnik Uighur yang beragama Islam. Sejak beberapa kelompok garis keras melakukan gangguan keamanan, pemerintah China mengendalikan wilayah itu dengan keras.
Sama dengan kondisi tahun lalu, situs pemerintah Xinjiang memuat pemberitahuan yang meminta para pegawai, PNS hingga para pelajar dan guru yang beragama Islam tidak menjalankan ibadah puasa.
Di beberapa bahagian Xinjiang, Beijing bahkan meminta pegawai setempat memberikan jaminan baik secara lisan maupun tertulis bahawa mereka tidak akan menjalankan ibadah puasa dan menghadiri aktiviti keagamaan.
Keputusan pemerintah China untuk melarang warga Xinjiang berpuasa kerana menganggap bulan Ramadhan boleh digunakan sebagai sarana melakukan provoksi untuk memicu lebih banyak perlawanan di provinsi tersebut.
"Pemerintah China memperbanyak jenis larangan dan memperketat pengawasan ketika Ramadhan akan tiba. Agama yang dipeluk warga Uighur telah dipolitisasi dan meningkatkan pengawasan justru boleh mempertajam perlawanan," kata Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uighur Sedunia (WUC), organisasi etnik Uighur di pengasingan.
Pada Disember tahun lalu, pemerintah China sudah menimbulkan keresahan warga Xinjiang setelah melarang kaum perempuan Muslim mengenakan burka. Di China terdapat sekitar 20 juta umat Muslim, 8 juta di antaranya adalah warga Uighur yang berbahasa Turki di provinsi Xinjiang.
Xinjiang, adalah wilayah China yang sebahagian besar penduduknya adalah etnik Uighur yang beragama Islam. Sejak beberapa kelompok garis keras melakukan gangguan keamanan, pemerintah China mengendalikan wilayah itu dengan keras.
Sama dengan kondisi tahun lalu, situs pemerintah Xinjiang memuat pemberitahuan yang meminta para pegawai, PNS hingga para pelajar dan guru yang beragama Islam tidak menjalankan ibadah puasa.
Di beberapa bahagian Xinjiang, Beijing bahkan meminta pegawai setempat memberikan jaminan baik secara lisan maupun tertulis bahawa mereka tidak akan menjalankan ibadah puasa dan menghadiri aktiviti keagamaan.
Keputusan pemerintah China untuk melarang warga Xinjiang berpuasa kerana menganggap bulan Ramadhan boleh digunakan sebagai sarana melakukan provoksi untuk memicu lebih banyak perlawanan di provinsi tersebut.
"Pemerintah China memperbanyak jenis larangan dan memperketat pengawasan ketika Ramadhan akan tiba. Agama yang dipeluk warga Uighur telah dipolitisasi dan meningkatkan pengawasan justru boleh mempertajam perlawanan," kata Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uighur Sedunia (WUC), organisasi etnik Uighur di pengasingan.
Pada Disember tahun lalu, pemerintah China sudah menimbulkan keresahan warga Xinjiang setelah melarang kaum perempuan Muslim mengenakan burka. Di China terdapat sekitar 20 juta umat Muslim, 8 juta di antaranya adalah warga Uighur yang berbahasa Turki di provinsi Xinjiang.
Editor | : Ervan Hardoko |
Sumber | : International Business Times |
No comments:
Post a Comment