Sunday, June 28, 2015

Ramadhan di England, Mulai Mukena Hitam hingga Ateis Berpuasa

Sabtu, 27 Jun 2015 
 
Dewi Safitri Salah satu kegiatan umat Muslim di London adalah mengadakan ajang Ramadhan Tent Project yaitu buka puasa bersama di ruang terbuka publik dan dihadiri ramai orang termasuk warga non-Muslim.

LONDON  - Bulan Ramadhan tak ada bedanya dengan bulan-bulan lain di berbagai negara Eropah. Maklum hanya 13 juta warganya Benua Biru yang menganut Islam dan menjalankan ibadah puasa. Di England, di antara ramainya pemberitaan terkait praktik rasisme dan Islamophobia, berbagai kalangan Muslim memanfaatkan Ramadhan dalam usaha ‘memperkenalkan diri’ dengan lingkungannya.

Sekelompok mahasiswa dan sukarelawan menggelar acara buka bersama sepanjang bulan di London. Ajang Ramadhan Tent Project digagas sekelompok alumni SOAS (School of Oriental and African Studies) tiga tahun lalu dan kini diselenggarakan tiap tahun. Panganjur mendirikan khemah kecil dan menghampar tikar di sebuah taman di Malet Street, London serta mengundang siapa saja untuk datang dan ikut buka puasa.

Di antara para ‘undangan’ terdapat para gelandangan, mahasiswa, pejalan kaki, dan juga warga non-Muslim yang datang sekadar kerana ingin tahu dan tertarik ikut berbuka puasa. Dalam acara itu tersedia air minum dalam botol, kurma, pisang dan beberapa butir epal saat penulis hadir di minggu  pertama puasa.

Seperti di tanah air, acara buka bersama juga umum diselenggarakan di masjid dan musolla di England. Sebagian datang membawa bekal makanan dan minuman untuk dinikmati bersama, sebahagian lagi datang untuk menemui teman sesama jamaah yang berpuasa lalu berbuka bersama.

“Saya kesini sengaja mencari saudara sesama Muslim, Iftar (buka puasa) rasanya paling nikmat kalau bersama-sama”, kata Fatima Ali yang sudah 14 tahun menetap di London.

Bersama empat anaknya Fatima membawa kueh, ayam goreng dan jus mangga lengkap dengan gelas plastiknya ke masjid kantor pusat Muslim World League di London. Fatima dan anak-anaknya tidak nampak berasal dari kalangan berada, tetapi dia mengaku sudah melakukan aktiviti ini selama bertahun-tahun. Dengan suka rela keluarganya menyisihkan waktu dan wang untuk memberi makan orang yang berpuasa.

“Sebelum kesini saya mampir dulu ke dapur masjid dekat tempat saya tinggal, saya bantu masak untuk buka puasa juga,” tambahnya sambil meminta supaya penulis makan lebih banyak hidangan yang dibawanya.
KOMPAS.com

No comments:

Post a Comment