23/6/16
Jemaah dalam pembukaan Sidang 145 dari Sinode untuk Keuskupan Guyana di Katedral St. George , Perusahaan Path, Georgetown .
GEORGETOWN - Sebuah
Keuskupan Anglikan di Guyana yang mewakili tiga negara kecil di Amerika
Selatan menerobos tradisi tempatan dengan membuka peluang bagi kaum wanita ditahbiskan sebagai imam.
Pihak keuskupan Guyana, Selasa (21/6/2016) memastikan bahawa kaum
perempuan di Guyana, Suriname dan French Guiana layak untuk menjadi
imam.
Seperti diberitakan Associated Press, keputusan ini muncul setelah proses lobi selama bertahun-tahun oleh kaum perempuan di lingkungan gereja tersebut.
Para pemimpin agama yang ambil bahagian dalam sebuah sedang sinode yang
berlangsung dua hari di Guyana, akhirnya bersepakat terobosan itu,
Senin lalu.
Anglikan merupakan salah satu denominasi gereja di dunia. Meskipun
menganggap diri sebagai bahagian dari reformasi gereja, namun gereja
Anglikan juga bersifat seperti gereja Katholik, -meski tidak sama dengan
Gereja Katholik Rom .
Gereja ini banyak memegang keyakinan teologis yang relatif
konservatif. Hal ini tercermin dari bentuk liturgi yang biasanya
tradisional.
Susunan organisasinya pun mencerminkan keyakinan akan pentingnya
hirarki keuskupan yang historis dalam bentuk uskup agung, uskup, dan
keuskupan.
Salah satu yang ciri yang semula ada di aliran Anglikan adalah imam
yang selalu dipegang oleh laki-laki, dan tertutup jalan bagi perempuan
untuk berada di posisi itu.
Di Amerika selatan, khususnya di tiga negara kecil tadi, aliran
Anglikan dan juga Katholik Rom telah mulai kehilangan kekuatan
penginjilannya, selama beberapa dekade terakhir.
Lusinan wanita dari komuniti Anglikan lain di dunia pun kemudian ditahbiskan menjadi imam dan uskup.
Sumber:KOMPAS.com
No comments:
Post a Comment