Serangan Peluru Berpandu AS Membunuh Sembilan Penduduk Awam

8/4/17

Seorang kanak-kanak yang terluka ditangani di sebuah rumah sakit di Khan Sheikhun, kota yang dikuasai kelompok pemberontak di Provinsi Idlib, Syria barat laut, Selasa (4/4/2017), menyusul serangan yang diduga mengandung gas beracun. Sedikitnya 72 orang terbunuh, termasuk 20 anak-anak akibat serangan senjata kimia tersebut.(AFP PHOTO / OMAR HAJ KADOUR)

 

BEIRUT  - Sembilan warga awam termasuk empat anak-anak maut dalam serangan rudal tomahawk Amerika Syarikat ke pangkalan udara militer Syria di dekat kota Homs.

Menurut kantor berita pemerintah Syria, SANA, Jumaat (7/4/2017), penduduk awam itu meninggal di desa-desa dekat pangkalan udara Syria

SANA juga menambahkan, lebih banyak dari tujuh orang terluka dan rumah di daerah itu telah rusak parah.

Sebelumnya, Gubernur Homs Talal Barazi mengatakan tujuh orang maut dalam serangan itu. Tidak segera jelas apakah ini adalah korban dari serangan yang berbeda.

Laporan lain menyebutkan, empat orang maut akibat serangan AS ke pangkalan militer Syria

Sementara itu, Organisasi Kesihatan Dunia (WHO) mengutuk dugaan penggunaan senjata kimia di kota kecil Khan Shikhoun, Syria, dan menyatakan WHO "khuatir" mengenai penggunaan bahan kimia beracun sebagai senjata di negara dicabik perang tersebut.

Direktur Eksekutif Program Darurat Kesihatan WHO, Peter Salama, mengatakan bahwa peristiwa yang terjadi di Provinsi Idlib telah membuatnya sedih dan marah.

Khan Shikhoun, kota yang terletak di pinggir selatan Idlib dan dikuasai oposisi. Kota itu dilaporkan diserang dengan menggunakan senjata kimia beracun pada Selasa (4/4/2017) sehingga 86 orang  maut dan ratusan lainnya terluka.

Menurut media China, WHO memperingatkan daya tampung rumah sakit di daerah itu untuk melayani keperluan orang yang cedera terbatas di tengah kekurangan ubat dan kerosakan prasarana.

Organisasi yang berpusat di Geneva, Swiss, tersebut menyatakan WHO telah mengirim ubat penting seperti Atropine dan Steroid untuk layanan kesihatan di daerah itu.

Para ahli yang berpusat di Turki memberi saran mengenai cara terbaik mendiagnosis dan merawat pesakit yang terpengaruh.

Di Washington, Presiden AS Donald Trump pada hari yang sama juga mengutuk serangan kimia "yang mengerikan" di Syria, dan mengatakan itu tak boleh ditolerir.

Ketika berbicara dalam taklimat di  Rumah Putih bersama dengan Raja Jordan  Abdullah II, yang sedang berkunjung, Trump menuduh Presiden Syria Bashar al-Assad atas serangan gas di bagian barat-laut Syria

"Kematian mereka (para korban) adalah penghinaan buat umat manusia. 

 Perbuatan keji ini oleh rezim Assad tak boleh ditolerir," kata Trump.

Trump tidak memberi perincian, tapi itu dipandang sebagai signal mengenai perubahan fikirannya setelah pernyataan belum lama ini oleh para pejabat AS bahwa prioritas pemerintah Trump mengenai Syria bukan lagi menggulingkan Bashar dari kekuasaan.

Pemerintah sebelumnya AS di bawah Barack Obama berkeras Bashar tak boleh memainkan peranan dalam penyelesaian krisis Syria.

Pemerintah Portugal juga bergabung dalam mengecam serangan bahan kimia di Syria, dan mengatakan itu adalah "bukti dari kekejaman dan konflik di negeri itu".

Kementerian Urusan Luar Negeri Portugal mengatakan dalam pernyataan bahwa penyelidikan mesti dilakukan setelah dipastikan bahwa serangan bahan kimia dilakukan di Provinsi Idlib di Syria

 Sumber:KOMPAS.com