Monday, September 4, 2017

Turki janjikan wang asalkan Bangladesh buka sempadan buat orang Rohingya

3/9/17

 
 Muslim Rohingya ditolak masuk Bangladesh. ©REUTERS/Mohammad Ponir Hossain
Kemelut di Negara  Rakhine, Myanmar, menelan ribuan nyawa etnik muslim minoriti Rohingya akibat kekerasan pasukan dan penduduk mayoriti Buddha membikin pemerintah Turki tergerak. Mereka menyatakan siap menggelontorkan wang supaya Bangladesh tetap membuka pintu perbatasan, dan membiarkan orang Rohingya menyelamatkan diri.

Dilansir dari laman Al Jazeera, Sabtu (2/9), pernyataan itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu. Dia menyatakan bakal mendesak Organisasi Kerjasama Islam (OKI) supaya turun tangan mencari jalan keluar buat etnik Rohingya.

"Kami akan menggelar pertemuan soal Arakan (Rakhine) tahun ini. Kita harus mencari jalan keluar atas masalah ini," kata Cavusoglu.

Sedangkan Sekretaris Jenderal Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu, Antonio Guterres, memperingatkan pemerintah Myanmar supaya segera menarik pasukannya dari Negara   Rakhine, dan tidak lagi memburu warga Rohingya.

"Kami khuatir dengan laporan mengenai dampak operasi tentera oleh pasukan Myanmar di Negara   Rakhine, dan mendesak pemerintah Myanmar menahan diri dan tenang demi menghindari bencana kemanusiaan," tulis Guterres dalam pernyataannya.

Guterres menyatakan pemerintah Myanmar harusnya bertanggung jawab atas keselamatan seluruh warga negara, termasuk orang Rohingya, dan membolehkan lembaga bantuan memasuki wilayah konflik. Dia menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemerintah Bangladesh yang membolehkan orang Rohingya melintasi perbatasan buat menyelamatkan diri.

Dewan Keselamatan PBB pada Rabu lalu menggelar pertemuan khas terkait krisis Rohingya. Namun, selepas itu mereka tidak memberikan pernyataan apapun.

Konflik antara orang Rohingya dan warga Buddha di Rakhine meletup sejak lima tahun lalu. Lantas hal itu menjadi alasan kelompok Buddha ekstrem menggalang gerakan anti-Islam.

Sekitar satu juta warga Rohingya hidup di bawah kondisi persekusi di Rakhine oleh penduduk mayoriti Buddha. Orang Rohingya selalu dianggap bukan warga negara Myanmar. Alhasil, sebahagian besar dari mereka hidup melarat. Orang Rohingya semakin terdesak dan beberapa terpaksa angkat senjata.

Wilayah Maungdaw, di bahagian utara Rakhine, adalah pusat konflik. Namun, dampaknya meluas ke daerah lain. Tentera Myanmar berdalih mereka menggelar operasi tentera buat menumpas 'pemberontak'. Namun, para pengungsi menyatakan serdadu Myanmar justru menyerang dan membakar perkampungan Rohingya dan menembak  penduduk awam. Pemerintah Myanmar menyalahkan 'pemberontak' Rohingya dan pendukungnya kerana terus menyulut konflik. 
 
Sedangkan orang Rohingya yang angkat senjata dengan membentuk Tentera Penyelamat Rohingya Arakan (ARSA) menyatakan mereka cuma membela diri dari kekejaman aparat keamanan Myanmar dan tidak hendak memberontak
 Sumber:Merdeka.com

No comments:

Post a Comment