Friday, February 4, 2022

Kisah Misteri Hilangnya Permata Biru Arab Saudi

 


 Foto Ilustrasi berlian biru, permata paling langka dan paling berharga di dunia.  Penulis Bernadette Aderi Puspaningrum | Editor Bernadette Aderi Puspaningrum KOMPAS.com - Pencurian permata biru Arab Saudi yang langka dan sejumlah perhiasan dari dari istana seorang Putera Saudi pada 1989, memicu serangkaian pembunuhan dan krisis diplomatik antara pihak Kerajaan Saudi dan pemerintah Thailand.

 Setelah hampir 30 tahun   kes itu dan “perdamaian” dua negara terjadi, Kriangkrai Techamong, lelaki Thailand di balik pencurian itu menceritakan kisahnya dalam sebuah wawancara langka dengan BBC. Pertikaian selama 30 Tahun kerana permata curian, Arab Saudi dan Thailand Akhirnya terbongkar. Bermula cerita, Lelaki itu mengincar lusinan permata dan perhiasan berharga milik majikannya Putera Faisal, putera tertua Raja Fahd dari Arab Saudi. Sebagai pekerja kebersihan, dia mengenal setiap sudut istana Putera Faisal. Dia juga tahu tiga dari empat brankas berisi permata baginda secara teratur dibiarkan tidak terkunci. Maka ketika Putera Saudi dan isterinya pergi bercuti selama tiga bulan, si pencuri itu menjalankan niat buruknya. Ancaman hukuman potong tangan di Arab Saudi diabaikannya, sebab tumpuannya adalah hutang judi dan keinginannya melarikan diri sudah tidak lagi terbendung. 

Aksi pencurian bermula... Suatu malam, Kriangkrai membuat alasan untuk berada di dalam istana setelah gelap, dan menyelinap ke kamar tidur putera setelah semua staf lain pergi. Dia mengambil beberapa permata dan menempelkannya ke tubuhnya menggunakan pita pelekat  , dan menyimpan permata di dalam peralatan pembersih, termasuk beg  vakum.  , bernilai hampir 20 juta dollar . 

 Di antara barang-barang yang dicuri, pegawai Saudi kemudian mengatakan, termasuk jam tangan emas dan beberapa batu rubi. Barang-barang berharga itu disembunyikan di seluruh istana, di tempat-tempat yang dia tahu tidak akan ditemui. Barang-barang itu akhirnya dikirim dengan pengiriman kargo besar ke Thailand. Pada saat pencurian itu disedari, Kriangkrai sudah melarikan diri ke negara asalnya, Thailand, dengan kargonya.

 Kriangkrai berhasil memalsukan barang curian dengan berpakat menyogok jabatan cukai, namun dia tak dapat berkelit lama dari undang-undang. Kriangkrai ditangkap di rumahnya pada Januari 1990, setelah polis Thailand mendapat maklumat dari rakan-rakannya di Saudi. Semua permata dan perhiasan - yang  antaranya dia simpan, beberapa di antaranya dia jual - dikutip oleh polis . Tetapi beberapa ketika pengambilan dan kepulangan benda berharga itu ke Riyadh, jenayah lain terjadi pulak. Pegawai Saudi mengatakan sekitar 80 peratus hilang, dan banyak dari yang dikembalikan itu palsu. Hilangnya satu perhiasan secara khusus yang menyebabkan kekhuatiran adalah berlian biru 50 karat yang langka berukuran telur. 

 Keunikan Berlian Hitam Langka 555,55 Karat, Bahannya Dipercayai dari Luar Angkasa Hanya sekitar 1 dari 10,000 berlian yang memiliki warna permukaan yang berbeda, menurut Alan Hart, CEO Gemmological Association of Great Britain. Dari jumlah tersebut, hanya sebahagian kecil yang berwarna biru, menetapkan labelnya sebagai perhiasan paling langka dan paling berharga di dunia. Warnanya yang berbeda berasal dari jejak samar boron di dalamnya, sebuah elemen yang ada ketika berlian terbentuk hingga 600 km (370 batu) di bawah permukaan bumi.

 Banyak berlian biru yang beredar ketika ini berasal dari satu sumber - lombong Cullinan dekat Pretoria di Afrika Selatan. Tetapi kisah asal usul berlian biru Arab Saudi tidak jelas dan tidak ada foto yang diketahui keberadaannya. Lihat Foto Kriangkrai Techamong (pojok kanan), lelaki Thailand di balik pencurian permata biru Arab Saudi yang langka dan sejumlah perhiasan dari istana seorang putera Saudi pada 1989.

(CHOWKIDARKIM via TWITTER) Penyiasatan lanjutan dan pertumpahan darah Sementara itu, beredar foto-foto isteri seorang pegawai senior Thailand yang mengenakan kalung dengan kemiripan yang luar biasa dengan salah satu barang yang hilang. Arab Saudi mengutuk hilangnya permata putera, dan berlian biru Arab Saudi pada khususnya. Alih-alih menghentikan tuntutan dengan pemenjaraan Kriangkrai, penyiasatan berlanjut dengan pertumpahan darah. Dua pegawai dari bahagian visa kedutaan Arab Saudi di Bangkok, diserang oleh orang-orang bersenjata ketika memandu di ibukota Thailand, pada awal Februari 1990. Keduanya meninggal

  Pada waktu yang hampir bersamaan, seorang lelaki bersenjata lainnya memasuki apartmen salah satu rakan diplomat itu, dan ditembak hingga  mati. Beberapa minggu kemudian, seorang pengusaha Arab Saudi, Mohammad al-Ruwaili, dikirim ke Bangkok untuk menyiasat apa yang mungkin terjadi pada perhiasan berharga yang hilang. Tapi dia juga menjadi sasaran - dia diculik dan,  tubuhnya tidak pernah ditemui, dia  diyakini telah dibunuh. 

Arab Saudi mungkin tidak  percaya  polis Thailand. Arab Saudi kemudian mengirim Mohammed Said Khoja, seorang diplomat Saudi dengan pengalaman 35 tahun, ke Bangkok, segera setelah pencurian untuk mengawasi penyiasatan. Peranannya secara teknikal bukan sebagai duta besar, tetapi posisi yang lebih rendah. Sebab, Arab Saudi menurunkan tingkat hubungannya dengan Thailand setelah skandal berlian biru terjadi. Khoja, singkat cerita, akhirnya memberikan wawancara media dengan pistol di meja sebelahnya, kerana yakin bahawa polis Thailand boleh menangkapnya. Dalam wawancara itu, dia secara terbuka menuduh polis  Thailand mencuri hasil tangkapan, dan membunuh diplomat Saudi dan pengusaha, untuk menutupi penggelapan mereka sendiri. 

Menurutnya orang-orang Arab Saudi mereka dibunuh, kerana telah menemui maklumat sensitif tentang pencurian itu.  Berlian Rp 83 Miliar dan Menukarnya dengan Batu Kerikil Pada Julai 1994, isteri dan putera Khoja menghilang dan tubuh mereka kemudian ditemui di dalam sebuah Mercedes di luar Bangkok. Tanda-tanda trauma benda tumpul pada mayat mereka, tapi satu laporan forensik mengatakan mereka meninggal setelah keretanya dilanggar truk besar. Khoja memberikan putaran wawancara lagi. "Komandan forensik menganggap kami bodoh," katanya dalam sidang media. "Ini bukan kemalangan. Mereka ingin menutupinya." "Polis  di sini lebih besar dari pemerintah itu sendiri," kata Khoja kepada New York Times pada September 1994. "Saya seorang Muslim, dan saya bertahan kerana saya merasa sedang memerangi setan." Khoja benar. 

Akhirnya diketahui bahawa polis  yang ditugaskan menemui berlian biru Arab Saudi dan perhiasan lainnya yang hilang malah menggelapkan sebahagian, memeras pedagang permata, dan membunuh isteri dan puteranya. Ketua polis  yang bertanggung jawab atas penyiasatan awal, Chalor Kerdthes, akhirnya menjalani hukuman 20 tahun penjara.

 


 Kriangkrai, akhirnya kembali memberikan wawancara terperinci pertamanya kepada BBC Thailand, 28 tahun sejak dibebaskan dari penjara, 30 tahun sejak pencurian nekat berakhir dengan kematian setidaknya tiga orang, dan mungkin lebih banyak lagi. Dia tampak gugup, dan berulang kali bertanya apakah reporter BBC adalah seorang pegawai polis . Dia meminta wawancara di luar rumah kayunya, dan mengarahkan media ke tengah sawah yang kini dia garap.

 Bahkan setelah sekian lama, dia mengaku masih takut dia juga boleh dibunuh atas apa yang dia lakukan. Perasaan itu tetap bersamanya sejak dia ditangkap. “Ketika polis  menemui saya. Saya memilih untuk tidak melawan. Saya menyerah. Saya juga mengembalikan perhiasan dan membantu mendapatkan kembali barang-barang yang saya jual. Tapi jika bukan kerana keterlibatan orang-orang berkuasa di Thailand, cerita ini tidak akan terlalu besar." 

Kriangkrai menegaskan tidak tahu kejahatannya akan menjadi sepenting itu. Dia mengubah nama keluarganya, agar puteranya tidak dipermalukan.  ia memutuskan ditahbiskan sebagai Sami Buddha. "Saya ingin ditahbiskan seumur hidup untuk menghapus kutukan berlian Saudi," katanya, "dan untuk mendedikasikan jasa saya kepada orang-orang yang terjerat oleh karma saya, dan mereka yang meninggal dalam semua peristiwa masa lalu ini. Saya ingin pengampunan semua orang untuk apa yang telah kulakukan." Tapi Kriangkrai tinggal di viara hanya selama tiga tahun, kerana harus menghidupi keluarganya yang miskin.

 Lelaki yang kini berusia 61 tahun itu melakukan pekerjaan apa saja   untuk bertahan hidup, dari bertani, membuat sawah, memelihara ternakan. "Sekarang saya hidup sederhana sebagai orang desa," kata Kriangkrai di dalam rumah kayunya. "Saya tidak punya banyak wang. Itu hanya cukup untuk bertahan hidup dan memberi makan keluarga saya. Saya rasa itu bagi saya adalah kebahagiaan sejati."



No comments:

Post a Comment