Sentiasa berhati-hati
Umumnya
perempuan mengambil perawatan facial untuk membuat wajahnya semakin
cantik, bersih, dan mulus. Tetapi facial justru membuat wajah perempuan
asal Singapura ini rosak.
borakkosong
Juli,
gadis berusia 28 tahun ini menceritakan bahwa dirinya melakukan facial
agar wajahnya semakin bercahaya dan segar. Namun hasilnya justru membuat
wajahnya memerah dan timbul pustula (bintik-bintik kecil merah) yang
meradang di seluruh wajahnya.
Seperti
dikutip dari Asiaone, Jumaat (7/6/2013), dalam beberapa waktu Juli
telah berjuang melawan jerawat, luka, bintik-bintik, hiperpigmentasi,
dan bintik gelap pada wajahnya yang timbul selama masa pubernya. Tetapi,
akibat kesalahan dalam facial yang ia lakukan, wajahnya justru jadi
rosak.
Peristiwa
bermula pada akhir bulan lalu (27/5), saat Juli pergi untuk melakukan
facial. Setelah facial, tak ada yang berubah pada wajahnya. Juli masih
cukup percaya diri untuk pergi bersama teman-temannya kerana hanya
terdapat bintik merah di pipi, selebihnya terlihat normal.
Namun,
keesokan harinya ia mendapati wajahnya penuh dengan benjolan kecil
jerawat. Dan ketika malam, benjolan-benjolan tersebut semakin memburuk
dan bermunculan di seluruh wajahnya.
Pada
hari ketiga, ia akhirnya pergi ke terapis wajah dan mencari tahu
tentang keadaan wajahnya. Terapis mengatakan bahwa kulit Juli memang
sensitif dan cara yang dapat dilakukan adalah dengan memecahkan benjolan
tersebut serta mengeluarkan nanahnya. Nah, di sinilah awal
penderitaannya.
Pada
hari keempat, ia bangun dan sangat terkejut kerana pustula kecil telah
menyebar di seluruh wajahnya, terutama dagu dan dahi. Ia mengatakan
bahwa pustula itu bagaikan karang yang ada di Sentosa Underwater World.
"Bedanya, karang itu terlihat sangat indah dan saya seperti penyakit yang tak tersembuhkan," kata Juli.
Selanjutnya,
Juli mengirimkan foto keadaan wajahnya pada salon tempat ia melakukan
facial dan pihak salon meminta Juli untuk datang lagi. Kali ini, mereka
meminta Juli untuk pergi ke cabang utama di mana direktur salon tersebut
berada.
Saat
itu mereka meyakinkan Juli bahwa kerusakan seperti itu memang terjadi
sebelum wajahnya menjadi lebih baik. "Siapapun yang mengatakan hal
seperti itu, mereka hanya berbohong pada Anda," tutur Juli.
Juli
mengatakan sejak tahap pertama ekstraksi, pihak salon terus
meyakinkannya bahwa nantinya kulitnya akan menjadi lebih baik. "Tapi itu
tak pernah terjadi," ungkapnya.
Salon
itu lantas mengeluarkan nanah dan memberikan jel anti bakteri. Tetapi
ketika kembali ke rumah, Juli merasa wajahnya semakin buruk. Kerana tak
juga membaik, Juli memutuskan untuk menemui dokter kulit.
Namun
lagi-lagi ia mendapatkan kegagalan. Pada kunjungan pertamanya, dokter
memberitahunya bahwa apa yang ia alami adalah kejadian jerawat yang
normal dan ia hanya diberikan antibiotik, beberapa krim, dan pembersih.
Sayangnya
karena kesalahan perawat, Juli diberikan krim yang sudah kadaluarsa.
Merasa skeptis pada diagnosa dokter pertama ia akhirnya mencari pendapat
dokter lainnya.
Dokter
kedua menegaskan mengenai ketakutan Juli bahwa ini adalah reaksi alergi
terhadap bahan tertentu yang digunakan pada wajah. Hal ini sesuai
dengan apa yang Juli katakan bahwa ia mendapatkan ekstrak tanaman yang
tidak diketahui yang bisa memberikan kontribusi untuk reaksi kulitnya
yang ekstrem.
Akhirnya,
dokter kedua yang ditemuinya menganjurkan untuk tidak menggunakan obat
dari resep dokter pertama kerana obat dan krim tersebut membuat kulit
Juli sangat kering dan kemerahan. Khabar buruk lainnya, dokter
mengatakan sementara alergi kulitnya tidak menimbulkan luka lagi, tetapi
selanjutnya ini akan meninggalkan efek hyper-pigmentasi paling tidak
beberapa bulan pada kulit.
Dokter
mengatakan padanya bahwa beberapa faktor memang dapat menyebabkan
kondisi kulit seperti ini. Ini bisa terjadi karena pijat wajah, produk
dan peralatan yang digunakan, proses pembersihan komedo dan nanah.
Kini kepercayaan diri Juli jadi merosot dan ia harus menghabiskan banyak biaya untuk mengobati wajahnya.
(vit/vit)
No comments:
Post a Comment