22 Jul 2013
Kes keracunan fatal yang memakan korban 22 anak di India
telah menggoyahkan kepercayaan jutaan anak dan orangtua setempat
terhadap skema program makan siang gratis di sekolah terutama untuk pelajar keluarga miskin, namun program ini tetap diyakini membawa banyak
manfaat.
Pengamat pendidikan setempat juga menyebut kecelakaan
tersebut tak akan banyak mempengaruhi sikap pelajar dan orangtuanya di
India kerana ramai di antara mereka yang tak punya pilihan kecuali
makan makanan gratis itu di sekolah kerana tak sanggup menyediakan
makanan di rumah.
Dalam skema nasional tersebut 120 juta anak sekolah di
India mendapat makan tengahari setiap hari, sebagai imbalan kerana
orang tua mereka mengirim anaknya bersekolah.
Namun
sejak kasus keracunan massal Selasa (16/07) lalu di sebuah sekolah
dasar bahagian timur negara bahagian termiskin India di Bihar, serangkaian
laporan menunjukkan sudah ratusan lagi murid dikejarkan ke rumah sakit
akibat gejala keracunan dan bahkan kerana penemuan ulat dalam piring
makanan mereka.
Puluhan ribu murid juga dilaporkan menolak memakan makanan mereka kerana takut turut jadi korban.
Meski punya banyak kekurangan, agenda makan siang ini
menurut para pendidikan setempat masih berperanan sangat penting dalam
usaha membujuk orang tua agar mengirim anaknya belajar ke sekolah.
Selain meningkatkan taraf pendidikan, kempen tersebut
dianggap penting untuk mengatasi masalah gizi buruk serta kesenjangan
antara anak akibat perbedaan kasta.
Sangat mengejutkan
Sebuah survey pemerintah tahun lalu menemukan bahawa 42 peratus kanak-kanak India kurang berat badan.
Sementara sejumlah orang tua yang anaknya meninggal dalam
teragedi lalu mengakui tujuan utama mengirim anaknya ke sekolah adalah
agar mereka dapat makan.
"Kami tidak punya makanan di rumah dan mengirim anak
sekolah adalah satu-satunya cara agar anak-anak sedikitnya mendapat
makanan sepatutnya," kata Sanjudevi Mahatoshe, ibu tiga anak yang meninggal dalam
insiden keracunan itu seperti dikutip kantor berita AFP.
Pendukung program ini mengatakan skema makan siang gratis
membawa banyak manfaat, termasuk menghapus batasan sosial antara anak
dari berbagai kasta yang duduk bersama menikmati makan mereka.
"Pengaruhnya besar sekali, bukan cuma untuk angka
bersekolah, tapi juga pada daya ingat mereka," tukas pengamat Ekonomi
dari Delhi, Reetika Khera seperti ditulis AFP.
"Anak lebih miskin makin banyak yang pergi ke sekolah, kerana skema makan siang ini."
Kempen nasional ini mulai dipraktikkan pertama kali di negara bahagian Tamil Nadu tahun 1982.
Meski demikian kekhuatiran terhadap longgarnya pengawasan membuat banyak pihak takut insiden lanjutan terus terjadi.
"Saya boleh terima ada kes kecelakaan dimana-mana," kata pegiat Kempen Hak untuk Makanan, Dipa Sinha.
"Tapi skala kejadian ini dan betapa cerobohnya pelaku,
serta respon yang sangat asal-asalan ditambah perawatan korban yang
tertunda, sangat mengejutkan."
Akibat kasus ini
terjadi serangkain aksi protes terhadap pemerintah India yang dianggap lambat mencari penyebab dan memberikan pertolongan.
Penyelidikan makmal menyebut 22 anak meninggal akibat
asupan pestisida lima kali lebih tinggi dari kandungan maksimal yang dibolehkan dalam minyak goreng yang dipakai memasak makanan tersebut.
Sumber: BBC Indonesia
No comments:
Post a Comment