Rabu, 26 Februari 2014

Leftenan Kolonel Cate McGregor (kiri). Dia dulu dikenal sebagai Leftenan
Kolonel Malcolm McGregor (kanan, ketika bersama mantan Perdana Menteri
Australia Kevin Rudd.
Malcolm
McGregor selama berpuluh tahun dikenal sebagai figur dalam berbagai
dunia yang dianggap maskulin di Australia: Angkatan Darat, politik, dan
olahragawan cricket. Namun, baru-baru ini, ketika dia sudah berusia 50-an,
McGregor memutuskan mewujudkan impiannya dari kecil, yaitu menjadi
perempuan.
"Saya merasa ada konflik dalam diri saya. Seperti sebuah orkestra sumbang. Sesuatu yang melengking, tak benar. Saya merasa sakit luar biasa," aku McGregor, yang ketika ini bernama Cate McGregor, tentang mengapa dia menjadi seorang perempuan.
McGregor, yang berasal dari Toowoomba, Queensland, memang lahir di keluarga tentera. Ayahnya bertugas dalam Perang Dunia II. Menurut saudara kandungnya, Mary Saunders, ketika muda McGregor tampak memiliki banyak bakat, termasuk dalam olahraga cricket.
Namun, sejak kecil, dia merasa bahawa dia sebenarnya ibarat mengenakan topeng.
"Setahun setelah ayah saya meninggal (ketika McGregor berusia 8 tahun), saya mencuba beberapa baju ibu saya. Ibu saya mengetahui itu dan dia sangat tak suka. Saya kemudian sedar bahawa itu gagasan yang buruk," ucap Cate, "Saya resah, tapi melanjutkan hidup saya. Saya berfungsi sebagai anak laki-laki."
Sejak kecil, dia ingin jadi seorang tentera. Ketika dia memasuki sekolah tentera, McGregor, yang pada waktu itu bersifat pemalu, cukup terkejut, tetapi kemudian menyesuaikan diri. Fokusnya adalah menjadi seorang "pejuang".
Di infanteri, ia bertemu pertama kali dengan David Morrison, yang ketika ini menjawat jawatan panglima Angkatan Darat Australia. Ia dan Morrison masih bersahabat hingga sekarang.
Menurut Morrison, sahabatnya sewaktu muda amat pintar, tetapi juga nekat.
Sedangkan McGregor sendiri mengaku bahawa dia dahulu "berani nekat". "Saya lakukan berbagai hal gila. Saya berkelahi di bar-bar di kota. Saya akan berkelahi dengan laki-laki terbesar di bar," ceritanya.
Pada tahun 1980-an, dia meninggalkan angkatan bersenjata dan masuk ke dunia politik. Ia pernah bekerja untuk Parti Buruh dan Parti Liberal. Tahun 2001, dia kembali masuk tentera.
McGregor juga berkahwin dengan seorang perempuan yang sampai sekarang masih dia cintai.
Secara keseluruhan, hidupnya bahagia. Namun, kemudian perasaan ingin menjadi perempuan kembali timbul.
"Saya punya perasaan bahawa seharusnya saya ini seorang perempuan. Ini berbenturan dengan realiti berat, yaitu bahawa saya seorang laki-laki berusia 55 tahun," cerita McGregor, "Rasa sakit yang saya alami ketika musim panas terakhir saya sebagai seorang laki-laki tak boleh diungkapkan dengan kata-kata.."
Akhirnya, dia harus bercerita kepada Morrison, yang, selain temannya, juga atasannya.
"Waktu itu kami sedang menuju Melbourne," cerita Morrison, "Mal duduk di sebelah saya di pesawat... dan Mal tiba-tiba berkata, 'Bagaimana menurut kamu isu seputar orang-orang transjender?'"
Morrison kemudian bertanya, "Pembicaraan ini nanti buntutnya seperti yang saya duga?" dan Malcolm MaGregor menjawab "Iya".
Morrison mengaku kemudian tak tahu harus berkata apa. Namun, setelah selesai menghadiri sebuah acara nantinya, ia menggandeng McGregor. "Saya akan ingat itu sampai saya meninggal. Saya ingat berkata 'saya bersama kamu. Saya tak tahu apa yang terjadi dalam hidup kamu. Saya tak boleh berempati denganmu soal itu, tapi saya boleh pastikan bahawa kamu teman saya, dan saya akan terus bersama kamu.'"
Setelah McGregor menjadi seorang perempuan, Morrison ingin bertemu dengannya.
"Dalam waktu 20 detik, kami tertawa seperti halnya saya tertawa dengan Malcolm," cerita Morrison. Cate sama saja dengan Malcolm, tetapi menjalani kehidupan yang berbeda, tambahnya.
"Saya merasa ada konflik dalam diri saya. Seperti sebuah orkestra sumbang. Sesuatu yang melengking, tak benar. Saya merasa sakit luar biasa," aku McGregor, yang ketika ini bernama Cate McGregor, tentang mengapa dia menjadi seorang perempuan.
McGregor, yang berasal dari Toowoomba, Queensland, memang lahir di keluarga tentera. Ayahnya bertugas dalam Perang Dunia II. Menurut saudara kandungnya, Mary Saunders, ketika muda McGregor tampak memiliki banyak bakat, termasuk dalam olahraga cricket.
Namun, sejak kecil, dia merasa bahawa dia sebenarnya ibarat mengenakan topeng.
"Setahun setelah ayah saya meninggal (ketika McGregor berusia 8 tahun), saya mencuba beberapa baju ibu saya. Ibu saya mengetahui itu dan dia sangat tak suka. Saya kemudian sedar bahawa itu gagasan yang buruk," ucap Cate, "Saya resah, tapi melanjutkan hidup saya. Saya berfungsi sebagai anak laki-laki."
Sejak kecil, dia ingin jadi seorang tentera. Ketika dia memasuki sekolah tentera, McGregor, yang pada waktu itu bersifat pemalu, cukup terkejut, tetapi kemudian menyesuaikan diri. Fokusnya adalah menjadi seorang "pejuang".
Di infanteri, ia bertemu pertama kali dengan David Morrison, yang ketika ini menjawat jawatan panglima Angkatan Darat Australia. Ia dan Morrison masih bersahabat hingga sekarang.
Menurut Morrison, sahabatnya sewaktu muda amat pintar, tetapi juga nekat.
Sedangkan McGregor sendiri mengaku bahawa dia dahulu "berani nekat". "Saya lakukan berbagai hal gila. Saya berkelahi di bar-bar di kota. Saya akan berkelahi dengan laki-laki terbesar di bar," ceritanya.
Pada tahun 1980-an, dia meninggalkan angkatan bersenjata dan masuk ke dunia politik. Ia pernah bekerja untuk Parti Buruh dan Parti Liberal. Tahun 2001, dia kembali masuk tentera.
McGregor juga berkahwin dengan seorang perempuan yang sampai sekarang masih dia cintai.
Secara keseluruhan, hidupnya bahagia. Namun, kemudian perasaan ingin menjadi perempuan kembali timbul.
"Saya punya perasaan bahawa seharusnya saya ini seorang perempuan. Ini berbenturan dengan realiti berat, yaitu bahawa saya seorang laki-laki berusia 55 tahun," cerita McGregor, "Rasa sakit yang saya alami ketika musim panas terakhir saya sebagai seorang laki-laki tak boleh diungkapkan dengan kata-kata.."
Akhirnya, dia harus bercerita kepada Morrison, yang, selain temannya, juga atasannya.
"Waktu itu kami sedang menuju Melbourne," cerita Morrison, "Mal duduk di sebelah saya di pesawat... dan Mal tiba-tiba berkata, 'Bagaimana menurut kamu isu seputar orang-orang transjender?'"
Morrison kemudian bertanya, "Pembicaraan ini nanti buntutnya seperti yang saya duga?" dan Malcolm MaGregor menjawab "Iya".
Morrison mengaku kemudian tak tahu harus berkata apa. Namun, setelah selesai menghadiri sebuah acara nantinya, ia menggandeng McGregor. "Saya akan ingat itu sampai saya meninggal. Saya ingat berkata 'saya bersama kamu. Saya tak tahu apa yang terjadi dalam hidup kamu. Saya tak boleh berempati denganmu soal itu, tapi saya boleh pastikan bahawa kamu teman saya, dan saya akan terus bersama kamu.'"
Setelah McGregor menjadi seorang perempuan, Morrison ingin bertemu dengannya.
"Dalam waktu 20 detik, kami tertawa seperti halnya saya tertawa dengan Malcolm," cerita Morrison. Cate sama saja dengan Malcolm, tetapi menjalani kehidupan yang berbeda, tambahnya.
| Editor | : Egidius Patnistik |
| Sumber | : ABC Australia |
No comments:
Post a Comment