Saturday, July 26, 2014

Umat Muslim Solat di Gereja di Gaza

Sabtu, 26 Julai 2014
 
Twitter Salah satu foto yang beredar luas di media sosial yang memperlihatkan seorang lelaki Yahudi dan wanita  Arab sedang berciuman. Foto itu ingin menjukkan bahawa warga Yahudi dan Arab tidak ingin ada permusuhan di atara komuniti mereka.

GAZA CITY,     Bagi Mahmud Khalaf, seorang warga Gaza, merupakan satu pengalaman baru yang aneh bahawa dirinya melakukan solat di bawah tatapan sebuah ikon Yesus Kristus. Namun sejak perang pecah di Gaza, dia tidak punya pilihan selain beribadah di sebuah rumah Tuhan-nya orang Kristian. Di situlah dia berlindung setelah serangan udara Israel menghantam tempat tinggalnya di Palestin  utara.

"Mereka membolehkan kami berdoa. Hal itu mengubah pandangan saya tentang orang-orang Kristiaen. Saya benar-benar tidak tahu sebelumnya, tetapi mereka telah menjadi saudara kami," kata Khalaf (27 tahun) yang mengaku dia tidak pernah membayangkan untuk melakukan solat maghrib di dalam sebuah gereja. "Kami (orang-orang Muslim) berdoa bersama-sama tadi malam," katanya. "Di sini, cinta antara umat Muslim dan Kristian telah tumbuh."

Ketika  memasuki haman Gereja Saint Porphyrius di Kota Gaza, para pengunjung akan disambut dengan ucapan "marhaban" (selamat datang) oleh orang-orang Kristian, tetapi dengan "al-salamu aleikum" oleh sebahagian besar penghuninya ketika ini, yaitu para pengungsi Gaza yang telah menjadikan kompleks gereja itu sebagai tempat tinggal mereka selama hampir dua minggu terakhir.

Khalaf, yang meninggalkan rumahnya di Shaaf setelah daerah itu menjadi sasaran serangan pesawat tempur Israel, memegang tasbih dengan cemas, tetapi lega kerana telah menemui tempat perlindungan bersama sekitar 500 pengungsi Muslim lainnya. "Orang-orang Kristian membawa kami masuk. Kami berterima kasih kepada mereka untuk itu, kerana berpihak pada kami," katanya.

Khalaf kini terbiasa beribadah di tempat dari sebuah agama yang asing baginya, terutama selama bulan suci Ramadhan ini. Setiap hari dia berkiblat ke Mekkah, membacakan ayat-ayat Al-Quran dan membungkukan diri, seperti yang dia lakukan di masjid.

Para pastor dan umat menghargai para tamu Muslim mereka.

"Tentu saja orang-orang Kristian tidak berpuasa, tetapi mereka dengan sengaja tidak makan di depan kami pada siang hari. Mereka tidak merokok atau minum di sekitar kami," kata Khalaf.

Namun dia mengaku sukar untuk menjalankan perintah-perintah agama selama konflik berdarah dan tanpa pandang bulu yang telah menyebabkan kematian lebih dari 800 warga Palestin , sebahagian besar penduduk awam. "Saya biasanya merupakan seorang Muslim yang taat, tetapi saya sudah merokok selama Ramadhan. Saya tidak berpuasa, saya terlalu takut dan tegang kerana perang"

Puasa akan berakhir ketika Idul Fitri datang. Namun dengan pengeboman yang sedang berlangsung, ratusan orang terbunuh dan ribuan kehilangan tempat tinggal, kegembiraan Idul Fitri agak diredam. "Orang Kristian dan Muslim mungkin merayakan Idul Fitri bersama-sama di sini," kata Sabreen al-Ziyara, seorang wanita Muslim yang telah bekerja di gereja itu selama 10 tahun sebagai petugas kebersihan. "Namun tahun ini, itu bukan Hari Raya Idul Fitri tetapi pesta para martir," katanya. Ia merujuk dengan hormat kepada mereka yang telah meninggal akibat perang.

Ini merupakan suasana yang harmonis dan toleran, tetapi di tengah-tengah medan perang, ketegangan masih terasa. Saat persediaan makanan datang, bentrokan hampir pecah ketika para perempuan dan anak-anak mencari kantong plastik yang berisi roti dan air, yang didistribusikan setertib mungkin orang para petugas gereja.

Orang Kristian di Gaza telah berkurang jumlahnya menjadi sekitar 1,500. Sementara populasi orang Muslim Sunni mencapai 1.7 juta orang. Komuniti Kristian, seperti di tempat-tempat lain di Timur Tengah, telah menyusut kerana konflik dan pengangguran. Namun dalam situasi teror seperti di Gaza, rasa persaudaraan tumbuh di antara mereka.

"Yesus mengatakan, kasihilah sesamamu, bukan hanya keluargamu, tetapi kolegamu, temanmu - Muslim, Syiah, Hindu, atau pun Yahudi," kata sukarelawan Kristian Tawfiq Khader. "Kami membuka pintu kami untuk semua orang."KOMPAS.COM

Editor : Egidius Patnistik
Sumber: AFP

No comments:

Post a Comment