22 Oktober 2014
Observatorium Syria untuk Hak Asasi Manusia mengatakan, eksekusi tersebut berlangsung pada Ogos atau September di daerah pedesaan yang kuasai ISIS di bahagian timur |Wilayah Hama. Video itu merupakan yang terbaru dalam serentetan eksekusi yang dirakam yang kemudian di-posting di media sosial oleh ISIS ketika mereka menerapkan versi hukum syariah di wilayah Syria dan Irak yang dikuasai kelompok itu.
Dalam video tersebut, seorang lelaki bersenjata dan berjanggut yang mengenakan seragam tempur berdiri di belakang sang ayah, yang mengenakan jubah putih dan penutup kepala khas lelaki pedesaan di Syria. Mereka berdua berdiri menghadap ke seorang wanita yang berpakaian hitam.
"Hukuman ini merupakan akibat dari kejahatan yang kamu lakukan tanpa tekanan," kata lelaki bersenjata itu. "Kamu harus menerima hukuman Allah. Apakah kamu menerima hukuman Allah?"
Wanita itu menganggukkan kepala tanda setuju, kemudian mendatangi ayahnya dan meminta maaf kepadanya. Sang ayah menolak hingga sejumlah militan ISIS memujuknya untuk berlembut.
Namun hal itu tidak membuat wanita itu lolos dari kematian.
Dia diizinkan untuk berbicara sesaat sebelum hukuman rejam dimulai. "Saya menyampaikan kepada setiap wanita, jaga kehormatan kalian.... dan saya menghimbau kepada setiap ayah untuk memperhatikan lingkungan tempat tinggal anak kalian," katanya.
Ayahnya kemudian mengambil tali dan mengikat di sekitar pinggang puterinya sebelum memaksanya untuk berbaring.
Lelaki ISIS bersenjata itu kemudian memerintahkan hukuman dimulai dan sang ayah ikut melempari puterinya hingga mati.
Beberapa minit kemudian, ketika para lelaki itu sedang melempari perempuan itu dengan batu, sang ayah lalu melangkah maju dengan membawa batu besar dan layar video itu lantas berubah menjadi hitam.
Video tersebut memicu kecaman dari kelompok oposisi utama Syria di pengasingan. "Kami mengecam kejahatan mengerikan yang dilakukan ISIS terhadap wanita di pedesaan Hama itu," kata Koalisi Nasional dalam sebuah pernyataan. "Kejahatan tersebut sama sekali tidak terkait dengan revolusi Syria."
Editor | : Egidius Patnistik |
Sumber | : AFP |
No comments:
Post a Comment