ilustrasi kota kaherah. ©Middle East Monitor
Hasil survei teranyar dari Yayasan
Thomson Reuters menyatakan Ibu Kota Kaherah, Mesir, menjadi kota paling
berbahaya sedunia bagi wanita, sementara London menjadi kota paling aman
bagi kaum perempuan.
Thomson Reuters menyoalkan para ahli di bidang urusan wanita di 19 kota tentang seberapa baik kota itu melindungi kaum perempuan dari kekerasan seksual dan praktik-praktik budaya tradisi yang menyakitkan warga perempuan serta bagaimana akses mereka terhadap fasiliti kesihatan, kewangan, dan pendidikan.
Kaherah sebagai ibu kota negara berpenduduk mayoriti Arab, menjadi kota terburuk di dunia bagi kaum perempuan, diikuti oleh Karachi di Pakistan, Kinshasa di Republik Demokratik Kongo, kemudian Ibu Kota New Delhi, India.
London berada di peringkat teratas kota paling ramah buat wanita diikuti Tokyo dan Paris.
Pegiat hak asasi kaum perempuan di Kaherah mengatakan tradisi berabad-abad lalu menjadikan Kaherah kota yang keras dan penuh diskriminasi.
"Kami masih berada di bawah negara konservatif dan sukar untuk mengambil langkah-langkah progresif radikal di seputar isu perempuan dan hukum soal perempuan," kata Omaima Abou-Bakr, salah satu pendiri Forum Women and Memory Forum yang berbasis di Kaherah, seperti dilansir dari Middle East Monitor, Isnin (16/10).
"Segalanya tentang kota ini menyukarkan perempuan. Kami melihat wanita berjuang dalam segala aspek. Setiap berjalan di jalan, dan mereka mengalami pelecehan, baik secara verbal maupun fisik," kata wartawan Mesir terkemuka dan aktivis hak asasi perempuan Shahira Amin.
Sedangkan di London, Datuk Bandar Sadiq Khan mengatakan wanita ketika ini memimpin di setiap tingkat masyarakat di London, dalam pelayanan publik, seni, politik, sains dan perniagaan, namun masih ada hal yang harus dilakukan.
"Kemajuan yang kami buat sebagai kota tidak berjalan cukup cepat," kata Sadiq Khan kepada Thomson Reuters Foundation.
"Kita harus melipatgandakan usaha kita untuk mengatasi hambatan bagi kejayaan perempuan dan membuka potensi mereka seluas-luasnya," tambahnya.
Thomson Reuters menyoalkan para ahli di bidang urusan wanita di 19 kota tentang seberapa baik kota itu melindungi kaum perempuan dari kekerasan seksual dan praktik-praktik budaya tradisi yang menyakitkan warga perempuan serta bagaimana akses mereka terhadap fasiliti kesihatan, kewangan, dan pendidikan.
Kaherah sebagai ibu kota negara berpenduduk mayoriti Arab, menjadi kota terburuk di dunia bagi kaum perempuan, diikuti oleh Karachi di Pakistan, Kinshasa di Republik Demokratik Kongo, kemudian Ibu Kota New Delhi, India.
London berada di peringkat teratas kota paling ramah buat wanita diikuti Tokyo dan Paris.
Pegiat hak asasi kaum perempuan di Kaherah mengatakan tradisi berabad-abad lalu menjadikan Kaherah kota yang keras dan penuh diskriminasi.
"Kami masih berada di bawah negara konservatif dan sukar untuk mengambil langkah-langkah progresif radikal di seputar isu perempuan dan hukum soal perempuan," kata Omaima Abou-Bakr, salah satu pendiri Forum Women and Memory Forum yang berbasis di Kaherah, seperti dilansir dari Middle East Monitor, Isnin (16/10).
"Segalanya tentang kota ini menyukarkan perempuan. Kami melihat wanita berjuang dalam segala aspek. Setiap berjalan di jalan, dan mereka mengalami pelecehan, baik secara verbal maupun fisik," kata wartawan Mesir terkemuka dan aktivis hak asasi perempuan Shahira Amin.
Sedangkan di London, Datuk Bandar Sadiq Khan mengatakan wanita ketika ini memimpin di setiap tingkat masyarakat di London, dalam pelayanan publik, seni, politik, sains dan perniagaan, namun masih ada hal yang harus dilakukan.
"Kemajuan yang kami buat sebagai kota tidak berjalan cukup cepat," kata Sadiq Khan kepada Thomson Reuters Foundation.
"Kita harus melipatgandakan usaha kita untuk mengatasi hambatan bagi kejayaan perempuan dan membuka potensi mereka seluas-luasnya," tambahnya.
dipetik dari Merdeka.com
No comments:
Post a Comment