Sabtu 04 November 2017
Anak pelarian rohingya di Bangladesh Muhammad Ayyas (Foto:IST)
JAKARTA - Lebih dari 800 ribu pelarian
Rohingya Myanmar diduga hidup dalam situasi yang "sangat daif", kata
Komisaris Tinggi PBB Untuk Pelarian(UNHCR) Filippo Grandi. Laporan
Grandi disampaikan ke Majlis Keselamatan PBB pada Khamis 2 November waktu New
York.
Kondisi itu yang dirasakan Muhammad Ayyas, salah seorang anak Rohingya yang kini harus menjalani masa kecilnya di kem pelarian. Tekanan fizikal dan psikis dari tentera Myanmar, memaksa Ayyas kecil menempuh perjalanan ratusan kilometer dari tempat asalnya di Maungdaw untuk menyelamatkan diri.
"Mereka harus menyeberangi sungai Naf yang bukan saja dalam tapi juga
berarus deras. Tak hanya itu, Ayyas dan keluarganya pun harus
melanjutkan perjalanan melewati hutan belantara untuk dapat sampai ke kem pelarian," ungkap Hermansyah, Tim Kemanusiaan Rumah Zakat, dalam
keterangan tertulisnya.
Setelah melewati perjalanan panjang yang tak mudah selama puluhan hari, kini Ayyas dan keluarga tinggal di Kem Jamtoli bersama ratusan ribu warga Rohingya lainnya. Ayyas menempati shelter sederhana yang berdinding plastik, meski nampak menyedihkan kondisinya tapi ini jauh lebih baik daripada hidup dalam ketakutan di kampung halaman.
"Untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari, Ayyas dan keluarga hanya mengandalkan bantuan dari lembaga-lembaga kemanusiaan yang datang ke kem pelarian mereka," lanjut dia.
Kondisi kem yang kumuh membuat Ayyas kecil dan ribuan anak Rohingya rentan terhadap berbagai macam penyakit, apalagi kini mulai memasuki musim hujan dan musim dingin, membuat tentangan hidup mereka semakin berat.
"Bagi mereka, ini adalah ujian kesabaran yang harus mereka lewati dengan tegar. Dan bagi kita, apa yang mereka alami adalah juga ujian untuk melihat seberapa peduli kita kepada sesama manusia," tambah dia.
Kondisi itu yang dirasakan Muhammad Ayyas, salah seorang anak Rohingya yang kini harus menjalani masa kecilnya di kem pelarian. Tekanan fizikal dan psikis dari tentera Myanmar, memaksa Ayyas kecil menempuh perjalanan ratusan kilometer dari tempat asalnya di Maungdaw untuk menyelamatkan diri.
Setelah melewati perjalanan panjang yang tak mudah selama puluhan hari, kini Ayyas dan keluarga tinggal di Kem Jamtoli bersama ratusan ribu warga Rohingya lainnya. Ayyas menempati shelter sederhana yang berdinding plastik, meski nampak menyedihkan kondisinya tapi ini jauh lebih baik daripada hidup dalam ketakutan di kampung halaman.
"Untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari, Ayyas dan keluarga hanya mengandalkan bantuan dari lembaga-lembaga kemanusiaan yang datang ke kem pelarian mereka," lanjut dia.
Kondisi kem yang kumuh membuat Ayyas kecil dan ribuan anak Rohingya rentan terhadap berbagai macam penyakit, apalagi kini mulai memasuki musim hujan dan musim dingin, membuat tentangan hidup mereka semakin berat.
"Bagi mereka, ini adalah ujian kesabaran yang harus mereka lewati dengan tegar. Dan bagi kita, apa yang mereka alami adalah juga ujian untuk melihat seberapa peduli kita kepada sesama manusia," tambah dia.
No comments:
Post a Comment