4 Februari 2016
Wasil Ahmad pernah memimpin pasukan melawan Taliban.
KABUL -
Pemerintah Afghanistan menyatakan Wasil Ahmad, kanak-kanak berusia 10 tahun,
sebagai pahlawan kerana memimpin pasukan milisi berperang melawan
Taliban tahun lalu.
Namun pada Isnin (1/2/2016) lalu, Taliban mengumumkan telah menembak mati kanak-kanak tersebut dengan dua peluru bersarang di kepalanya.
Wasil ditembak di kota Tirin Kot, ibu kota Provinsi Oruzgan selatan, beberapa bulan setelah korban meninggalkan milisi dan mendaftar ke SD kelas 4.
Wasil menjadi tentera kanak-kanak kerana mengikuti jejak bapa saudaranya, Mullah Abdullah Samad. Ketika itu, Samad adalah komandan Taliban yang memutuskan keluar dan mendukung pasukan pemerintah. Samad memiliki 36 anak buah termasuk ayah Wasil.
Sebagai balasan atas dukungan Samad, pemerintah Afghanistan menunjuk dia sebagai komandan yang memimpin 70 anggota milisi Polis Lokal Afghanistan di Daerah Khas Oruzgan.
Pasukan Samad menjadi garda depan pemerintah melawan Taliban. Samad kehilangan 18 anak buahnya, termasuk ayah Wasil, dalam peperangan melawan Taiban.
Pada musim panas lalu, ketika Talban memperluas serangan di Afghanistan, pasukan milisi Samad tersudut. Taliban mengepung pasukan Samad selama lebih 2 bulan.
Selama pengepungan itu, Samad dan 10 anak buahnya mengalami cedera akibat diserang Taliban. Dia kemudian menunjukkan anak saudaranya, Wasil, untuk menjadi komandan pertahanan.
"Dia bertempur seperti satu kejaiban," kata Samad dalam sebuah wawancara.
Pengepungan oleh Taliban berakhir pada Ogos, dan pasukan Afghanistan dan Nato mengevakuasi Samad dan anak buahnya ke Tirin Kot. Mereka disambut layaknya pahlawan.
Dalam penyambutan itu, Wasil menjadi pusat perhatian kerana pernah memimpin pasukan pertahanan melawan Taliban.
Dengan mengenakan seragam polis yang kedodoran, Wasil diarak oleh polis mengelilingi kota Tirin Kot.
Namun, kehidupan Wasil tidak berlangsung lama. Pada Isnin lalu, ketika Wasil berjalan keluar rumah untuk membeli sayuran, seorang lelaki bersenjata dengan menunggang motorsikal menembak kanak-kanak tersebut sebanyak dua kali di kepala. Wasil pun meninggal di tempat kejadian.
Samad mengatakan, Wasil dikubur di pemakaman Shahidano, Daerah Tirin Kot. Almarhum meninggalkan dua saudaranya.
Taliban dalam website-nya bertanggung jawab atas penembakan itu.
Sementara itu, komisi Hak Asasi Manusia Afghanistan menyatakan prihatin banyaknya anak dijadikan tentera, baik oleh pemerintah maupun Taliban.
Jurucakap Komisi HAM Rafiullah Baidar kanak-kanak seusia Wasil mestinya bersekolah, bukannya mengangkat senjata.
Baidar juga mengecam Taliban yang menembak mati Wasil kerana kanak-kanak tersebut bukan satu ancaman.
Dia juga menyayangkan polis Afghanistan yang mengarak Wasil sambil menatang senjata.
Namun pada Isnin (1/2/2016) lalu, Taliban mengumumkan telah menembak mati kanak-kanak tersebut dengan dua peluru bersarang di kepalanya.
Wasil ditembak di kota Tirin Kot, ibu kota Provinsi Oruzgan selatan, beberapa bulan setelah korban meninggalkan milisi dan mendaftar ke SD kelas 4.
Wasil menjadi tentera kanak-kanak kerana mengikuti jejak bapa saudaranya, Mullah Abdullah Samad. Ketika itu, Samad adalah komandan Taliban yang memutuskan keluar dan mendukung pasukan pemerintah. Samad memiliki 36 anak buah termasuk ayah Wasil.
Sebagai balasan atas dukungan Samad, pemerintah Afghanistan menunjuk dia sebagai komandan yang memimpin 70 anggota milisi Polis Lokal Afghanistan di Daerah Khas Oruzgan.
Pasukan Samad menjadi garda depan pemerintah melawan Taliban. Samad kehilangan 18 anak buahnya, termasuk ayah Wasil, dalam peperangan melawan Taiban.
Pada musim panas lalu, ketika Talban memperluas serangan di Afghanistan, pasukan milisi Samad tersudut. Taliban mengepung pasukan Samad selama lebih 2 bulan.
Selama pengepungan itu, Samad dan 10 anak buahnya mengalami cedera akibat diserang Taliban. Dia kemudian menunjukkan anak saudaranya, Wasil, untuk menjadi komandan pertahanan.
"Dia bertempur seperti satu kejaiban," kata Samad dalam sebuah wawancara.
Pengepungan oleh Taliban berakhir pada Ogos, dan pasukan Afghanistan dan Nato mengevakuasi Samad dan anak buahnya ke Tirin Kot. Mereka disambut layaknya pahlawan.
Dalam penyambutan itu, Wasil menjadi pusat perhatian kerana pernah memimpin pasukan pertahanan melawan Taliban.
Dengan mengenakan seragam polis yang kedodoran, Wasil diarak oleh polis mengelilingi kota Tirin Kot.
Namun, kehidupan Wasil tidak berlangsung lama. Pada Isnin lalu, ketika Wasil berjalan keluar rumah untuk membeli sayuran, seorang lelaki bersenjata dengan menunggang motorsikal menembak kanak-kanak tersebut sebanyak dua kali di kepala. Wasil pun meninggal di tempat kejadian.
Samad mengatakan, Wasil dikubur di pemakaman Shahidano, Daerah Tirin Kot. Almarhum meninggalkan dua saudaranya.
Taliban dalam website-nya bertanggung jawab atas penembakan itu.
Sementara itu, komisi Hak Asasi Manusia Afghanistan menyatakan prihatin banyaknya anak dijadikan tentera, baik oleh pemerintah maupun Taliban.
Jurucakap Komisi HAM Rafiullah Baidar kanak-kanak seusia Wasil mestinya bersekolah, bukannya mengangkat senjata.
Baidar juga mengecam Taliban yang menembak mati Wasil kerana kanak-kanak tersebut bukan satu ancaman.
Dia juga menyayangkan polis Afghanistan yang mengarak Wasil sambil menatang senjata.
Editor | : Farid Assifa |
Sumber | : new york times/ KOMPAS.com |
No comments:
Post a Comment