10/7/17
SAN PEDRO HUAMELULA - Seorang datuk bandar di Mexico mengahwini seekor buaya demi membawa nasib baik bagi kota
yang dipimpinnya. Perkahwinan yang terjadi pada awal bulan ini
merupakan sebuah tradisi yang telah berlangsung selama ratusan tahun di
kota San Pedro Huamelula di selatan Mexico.Buaya yang menjadi pengantin sang datuk bandar didandani dengan gaun
putih bersama dengan mahkota bunga. Reptilia itu kemudian diarak dalam
sebuah pawai mengelilingi kota sebelum upacara pernikahan berlangsung.
Upacara perkahwinan tersebut merupakan lambang persatuan dua suku tradisional di San Pedro Huamelula, yaitu Chontales dan Huaves yang juga dikenal dengan nama Mareños. Kedua suku yang mendakwa dapat membawa nasib baik bagi tanaman itu saling bertikai sejak saat suku Huaves datang ke wilayah yang didiami Chontales di Pantai Pasifik pada masa pre-Hispanik.
Berdasarkan legenda, konflik antara kedua suku itu berakhir setelah putra dari Raja Chontales dan putri Raja Huales saling jatuh cinta hingga akhirnya menikah. Pernikahan kedua sejoli itu masih terus diperingati sampai di San Pedro Huamelula.
Pada masa kini, Datuk Bandar San Pedro, Huamelula berperanan sebagai Putera Chontales sedangkan buaya yang dinikahinya melambangkan Putri Huales.
“Mareños memanggil buaya itu 'putri' dan peranan yang saya mainkan adalah menjadi suami bagi sang putri," kata datuk bandar, Victor Aguilar sebagaimana dikutip dari CNN, 10/7/2017 .
Setelah upacara selesai, muzik dan tarian kembali dimainkan, termasuk tarian antara sang mempelai lelaki dengan sang buaya. Pernikahan tersebut merupakan sebahagian dari perayaan untuk menghormati Santo Petrus, orang suci pelindung kota.
Upacara perkahwinan tersebut merupakan lambang persatuan dua suku tradisional di San Pedro Huamelula, yaitu Chontales dan Huaves yang juga dikenal dengan nama Mareños. Kedua suku yang mendakwa dapat membawa nasib baik bagi tanaman itu saling bertikai sejak saat suku Huaves datang ke wilayah yang didiami Chontales di Pantai Pasifik pada masa pre-Hispanik.
Berdasarkan legenda, konflik antara kedua suku itu berakhir setelah putra dari Raja Chontales dan putri Raja Huales saling jatuh cinta hingga akhirnya menikah. Pernikahan kedua sejoli itu masih terus diperingati sampai di San Pedro Huamelula.
Pada masa kini, Datuk Bandar San Pedro, Huamelula berperanan sebagai Putera Chontales sedangkan buaya yang dinikahinya melambangkan Putri Huales.
“Mareños memanggil buaya itu 'putri' dan peranan yang saya mainkan adalah menjadi suami bagi sang putri," kata datuk bandar, Victor Aguilar sebagaimana dikutip dari CNN, 10/7/2017 .
Setelah upacara selesai, muzik dan tarian kembali dimainkan, termasuk tarian antara sang mempelai lelaki dengan sang buaya. Pernikahan tersebut merupakan sebahagian dari perayaan untuk menghormati Santo Petrus, orang suci pelindung kota.
No comments:
Post a Comment