Wednesday, September 6, 2017

Ibu Hamil Bunuh Diri Terjun Bangunan Rumah Sakit

6/9/17


Ilustrasi rumah sakit. (Foto: Reuters)  
Ilustrasi rumah sakit. (Foto: Reuters)
BEIJING - Pihak keluarga perempuan hamil yang bunuh diri sebelum bersalin   menyalahkan pihak rumah sakit  di Kota Yulin, Provinsi Shaanxi, China. Informasi dari berbagai media yang dihimpun Antara di Beijing, Rabu (6/9/2017), menyebutkan bahwa keluarga mangsa dan pihak rumah sakit berselisih mengenai penyebab kematian perempuan berusia 26 tahun tersebut. 

Dalam akaun Weibo, pihak Rumah Sakit Utama Kota Yulin, Ahad 3 September menyatakan wanita bermarga Ma tersebut melompat dari jendela kamar bersalin kerana mentalnya tidak terkawal lagi akibat penderitaan menjelang persalinan. Baik Ma maupun pihak RS menyarankan operasi bedah caesar, namun keluarganya menolak memberikan persetujuan, demikian kata pihak Rumah Sakit melalui media sosial sangat populer di China itu.
 
Pihak Rumah Sakit juga menyebutkan bahwa penyebab kematian Ma tidak terkait dengan pengurusan rumah sakit dan operasi medis.
Cuplikan gambar (screenshot) pernyataan persetujuan menunjukkan bahwa keluarga Ma menyetujui persalinan normal meskipun kondisi Ma sangat tidak mendukung. Posting-an Chinese Business View di Weibo juga menyebutkan bahwa kematian Ma telah disahkan oleh polis  sebagai kes bunuh diri.
Memang kematian Ma tersebut memicu perdebatan panas di ranah internet. 

Sebahagian besar warganet menganggap keluarga korban lalai dan mengabaikan permintaan mangsa  . Namun, keluarga Ma membantah seluruh pernyataan pihak rumah sakit. Suami korban bernama Yan memberikan pernyataan bertolak belakang dengan pihak Rumah Sakit pada  Ahad 3 September.
Yan mengaku telah meminta operasi caesar, namun pihak Rumah Sakit menolak, sebagaimana laporan Beijing Youth Daily

"Isteri saya dua kali keluar dari kamar persalinan mengeluhkan penderitaannya. Kerana itu, saya bilang kepada doktor agar isteri dibedah caesar. Namun doktor menyatakan tidak perlu pembedahan   caesar kerana isteri saya sihat dan bayi sudah akan lahir," kata Ma, sebagaimana dikutip media tersebut.
Belum diketahui apakah tindakan tersebut sebagai usaha untuk menghilangkan rasa sakit dalam keadaan tertekan. 

Wanita hamil memiliki hak untuk memutuskan kaedah apa yang harus dilakukan dalam proses persalinan, demikian kata Wang Yu, ahli kandungan dan kebidanan dari Rumah Sakit Shengjing of China Medical University di Shenyang, Provinsi Liaoning, sebagaimana dikutip dari Global Times. Menurut dia, pihak Rumah Sakit seharusnya bertanggung jawab penuh, sehingga Ma tidak memiliki kesempatan untuk melakukan tindakan nekat. 

Menurut Wang, jika jururawat dan doktor memberikan  rawatan yang sesuai, pesakit tersebut tidak akan mengakhiri hidupnya dengan melompat dari kamar bersalin di tingkat lima Rumah Sakit itu. 

Yan dan keluarganya mengaku sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di kamar bersalin selama 11 jam menjelang persalinan. Pihak Rumah Sakit membawa jenazah Ma ke kamar mayat juga tanpa sepengetahuan keluarga, demikian laporan Beijing Youth Daily.
 
Pada Selasa 5 September malam, pihak Rumah Sakit menunjukkan rakaman kamera pengawas bahwa Ma keluar dari kamar bersalin untuk memohon kepada suami dan keluarganya agar mengizinkan operasi caesar. Namun, permintaan tersebut ditolak oleh keluarganya, sebagaimana laporan Modern Express.
"Kamera pengawas menunjukkan bahwa perempuan tersebut berlutut sambil mengiba kepada suami dan keluarganya yang membuat kami merasa hiba," kata seorang jurucakap rumah sakit  tersebut.

Pada saat yang sama, Yan mengunggah pengakuannya di WeChat. Ia mengatakan telah menandatangani surat pernyataan menyetujui pihak Rumah Sakit melakukan bedah caesar terhadap Ma. Yan dan keluarganya berkeras bahwa permintaan keluarganya agar Ma dibedah caesar ditolak oleh pihak Rumah Sakit. 

Seperti diberitakan sebelumnya, Ma meninggal setelah melompat dari tingkat lima Rumah Sakit Utama Yulin pada Kamis 31 Ogos. Sehari sebelumnya, mangsa mengaku telah mengajukan permintaan operasi caesar dilakukan pada Khamis pukul 17.50 waktu setempat, agar tidak mengalami kesakitan yang luar biasa kerana kepala janin terlalu besar. Namun, suami mangsa menolak memberikan persetujuan yang diminta oleh pegawai rumah sakit tersebut sebelum pembedahan caesar dilakukan.
 

No comments:

Post a Comment